BERITABERSATU.COM, SINJAI – Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa Masyarakat Sinjai di depan kantor DPRD Sinjai pada senin, 1 September 2025, diwarnai ketegangan. Puncak dari ketegangan tersebut terjadi ketika Kapolres Sinjai diduga melakukan pemukulan terhadap massa aksi. Aksi tersebut mengejutkan dan memicu kecaman keras dari jenderal lapangan (jendlap) aksi, Muh. Mahdi Akif.
Mahdi Akif, yang juga merupakan Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sinjai (UMSi), dengan tegas mengecam tindakan yang disebutnya sebagai brutalitas aparat kepolisian.
“Saya selaku jenderal lapangan dari Aliansi Mahasiswa BEM UMSi, DEMA UIAD dan Masyarakat Sinjai mengecam dan menyampaikan rasa kekecewaan kepada Kapolres Sinjai yang telah melakukan tindakan brutalitas kepada teman-teman yang ingin menyampaikan aspirasi,” ujar Mahdi, Rabu (3/9/2025)
Menurut Mahdi, seharusnya Kapolres mengambil langkah persuasif untuk mengayomi massa agar bisa bertemu dengan Ketua DPRD, bukan justru berbenturan secara fisik. Ia menyayangkan tindakan pemukulan yang dilakukan Kapolres kepada massa aksi. “Ini mencerminkan betapa brutalnya aparat kepolisian yang ada di Kabupaten Sinjai, kami berharap Pak Kapolri bisa memberikan sanksi yang tegas terhadap anggotanya,” tambahnya.
Mahdi juga menyoroti pembelaan yang disampaikan oleh Kapolres terkait insiden tersebut. Menurutnya, alasan Kapolres memukuli anggotanya sendiri sulit diterima. Berdasarkan rekaman video, beberapa pukulan Kapolres memang mengenai anggota kepolisian, tetapi beberapa pukulan lainnya juga disebut Mahdi mengenai bahu massa aksi, hingga mengakibatkan lebam.
“Bagaimana mungkin seorang Kapolres memukuli anggotanya dalam hal seperti itu? Setelah itu, timbullah kekacauan (chaos) setelah Bapak Kapolres memberikan instruksi kepada bawahannya untuk maju membubarkan massa secara tidak manusiawi,” ungkap Mahdi.
Lebih lanjut, Mahdi juga meluruskan informasi terkait adanya beberapa organisasi kemasyarakatan (OKP) yang disebut telah bertemu dengan Kapolres. Ia menegaskan bahwa OKP / Kelompok tersebut bukan bagian dari Aliansi Mahasiswa Masyarakat Sinjai.
Mahdi menjelaskan bahwa aliansi mereka merupakan gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMSi, Dema Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai yang sekarang menjadi Universitas Islam Ahmad Dahlan (UIAD), dan Masyarakat Sinjai.
Mahdi juga mengklarifikasi bahwa dua orang yang membawa senjata tajam (sajam) dan dikabarkan diamankan polisi bukanlah bagian dari massa aksi yang tergabung dalam aliansi.
“Untuk dua orang yang membawa sajam bukan bagian dari massa aksi yang tergabung dalam aliansi,” tegasnya.
Pernyataan Mahdi ini menambah sorotan publik terhadap penanganan aksi demonstrasi oleh aparat kepolisian, memicu perdebatan mengenai pentingnya dialog dan pendekatan persuasif dalam menghadapi massa aksi yang menyuarakan aspirasinya. (As)