BANJARNEGARA, BERITABERSATU – Keputusan mengejutkan Anas Hidayat untuk mundur dari jabatan Ketua DPRD Banjarnegara periode 2024–2029 terus menuai reaksi publik. Kali ini, suara kritis datang dari salah satu aktivis di Kabupaten Banjarnegara, Jalu Dwi Prasetyo.
Jalu menilai mundurnya Anas tak sekadar peristiwa personal, tetapi pukulan politik bagi Partai Demokrat, yang kini berada dalam sorotan publik. Menurutnya, sosok Anas dikenal mudah berinteraksi dengan masyarakat, bijaksana, dan tidak pernah terseret isu-isu kontroversial.
“Kalau Anas mundur, lalu siapa yang akan menggantikannya? Ini menjadi perhatian serius masyarakat. Jangan sampai Demokrat asal memilih pengganti, apalagi jika penggantinya justru membuat Banjarnegara semakin tidak sehat,” tegas Jalu kepada wartawan di ruang pergerakan, Sabtu (20/9/2025).
Dikutip Beritabersatu, Anas Hidayat mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPRD Banjarnegara per Kamis 18 September 2025.
Keputusan tersebut disampaikan langsung olehnya secara terbuka kepada wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (20/19/2025) siang.
Pengunduran diri Anas menempatkan Demokrat Banjarnegara dalam posisi dilematis. Sebagai partai pengusung, Demokrat wajib menunjuk figur pengganti.
Namun, publik menuntut agar partai tidak gegabah menempatkan kader hanya karena kepentingan politik internal.
Kondisi ini sekaligus menyingkap persoalan laten di tubuh Demokrat Banjarnegara, yakni lemahnya kaderisasi dan minimnya figur alternatif yang punya rekam jejak sebersih Anas. Jika salah langkah, bukan hanya kursi Ketua DPRD yang dipertaruhkan, melainkan juga citra Demokrat di hadapan publik Banjarnegara.
Hingga berita ini diturunkan, DPC Demokrat Banjarnegara masih bungkam. Belum ada pernyataan resmi terkait siapa yang akan menggantikan Anas, atau kapan proses internal partai diselesaikan.
Padahal, publik menunggu kepastian. Apakah Demokrat mampu menghadirkan sosok pengganti yang layak memimpin DPRD? Ataukah keputusan partai hanya sebatas kompromi politik yang justru merugikan masyarakat?
Jalu menekankan bahwa Banjarnegara saat ini membutuhkan kepemimpinan legislatif yang kuat dan berintegritas.
“Jangan sampai dinamika ini menjadi jalan mundur. Kalau Anas saja yang dikenal bersih bisa mundur, maka publik wajar khawatir terhadap kualitas penggantinya,” ucapnya.
Babak Baru Politik Lokal
Mundurnya Anas memang membuka babak baru dalam politik Banjarnegara. Sosok yang dianggap representasi politik tenang dan bersih itu kini meninggalkan panggung utama.
Beban besar kini berada di pundak Demokrat: menjaga agar keputusan politik mereka tidak semakin menggerus kepercayaan publik.
Apapun keputusan partai, masyarakat Banjarnegara tampaknya sudah lebih kritis. Dan Demokrat, suka atau tidak, harus menjawab dengan tindakan, bukan sekadar pernyataan normatif.
Penulis : Arief Ferdianto