PC PMII Pemalang Gandeng DEMA INSIP Advokasi Lingkungan Pascabencana Longsor di Desa Wisnu

by Editor Muh. Asdar
0 comments

BERITABERSATU.COM—Sejak resmi dilantik, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pemalang langsung bergerak cepat dalam merespons persoalan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Pemalang.

Mereka menggandeng Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) INSIP melakukan advokasi lingkungan yang terdampak bencana tanah longsor beberapa waktu lalu di Desa Wisnu, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jum’at (1/8/2025).

Langkah cepat ini menjadi bagian dari komitmen pengurus baru PC PMII Pemalang dalam menghadirkan gerakan yang responsif terhadap persoalan kemanusiaan dan sosial masyarakat.

Dalam advokasi tersebut, mereka mendengarkan langsung keluhan dan aspirasi warga yang hingga kini masih terdampak berat akibat longsor yang melanda beberapa bulan lalu.

Wakil Ketua I PC PMII Pemalang, Ikhwan Riski Mutaqim, menyoroti bahwa permasalahan tanah longsor di Desa Wisnu bukanlah hal baru, namun kurang mendapat perhatian serius dari pihak terkait.

“Masalah tanah longsor yang terjadi di wilayah Wisnu sebenarnya bukan persoalan baru. Bencana ini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum adanya pemilihan kepala daerah yang baru,” ujar dia.

“Seharusnya ini menjadi perhatian serius serta tanggung jawab pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan yang terus berulang ini,” sambungnya.

Ia menambahkan bahwa dampak dari longsor tidak hanya mengganggu akses jalan, tetapi juga menghancurkan lahan pertanian warga.

“Akibatnya, masyarakat kehilangan sumber penghasilan dan menghadapi berbagai kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah dan pihak-pihak terkait dapat lebih memperhatikan kondisi masyarakat yang terdampak,” tegasnya.

Menurut Ikhwan, kehadiran PMII sebagai representasi mahasiswa bukan hanya simbolik, melainkan sebagai perpanjangan tangan masyarakat untuk menyuarakan keprihatinan dan mendorong langkah konkret penanganan pascabencana.

Hal senada disampaikan oleh Kusuma Nanda Setiaji , Presiden Mahasiswa INSIP. Ia menyayangkan lambannya penanganan dampak bencana yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

“Bencana longsor yang terjadi beberapa bulan lalu masih menyisakan dampak yang cukup serius bagi masyarakat. Sangat disayangkan, hingga saat ini masih banyak warga yang mengalami kesulitan akibat bencana tersebut,” kata dia.

Ia menekankan pentingnya perhatian pemerintah untuk segera membangun kembali infrastruktur vital dan melakukan penataan ulang wilayah terdampak.

“Kami, DEMA INSIP, hadir sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat serta sebagai penyalur aspirasi mereka,” ujar dia.

Dia berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata, di antaranya, membangun kembali akses jalan yang layak demi keselamatan dan kelancaran mobilitas warga.

Tak hanya itu, dia juga meminta untuk mengangkut puing-puing bekas longsor yang menimbun lahan warga, agar lahan tersebut dapat kembali digunakan untuk bertani dan memfasilitasi penataan dan penegasan kembali batas-batas kepemilikan tanah warga yang terdampak.

Di sisi lain, keresahan juga datang dari kalangan warga yang menggantungkan hidup dari jalan dan lahan terdampak, seperti yang disampaikan oleh Ibu Narti, pedagang di sekitar wilayah terdampak.

“Jalan ini memang dibangun secara swadaya oleh masyarakat, meskipun ada juga beberapa bantuan dari pihak lain. Harapan kami, jalan ini bisa segera diperbaiki dan dibangun kembali agar layak digunakan, demi menjamin keselamatan warga. Sebab, saat musim hujan tiba, jalan menjadi sangat licin dan sering menyebabkan orang terjatuh,” jelasnya.

Ia juga menanggapi isu sumbangan dari warga yang beredar terkait adanya warga yang memintai dana sumbangan.

“Perlu kami sampaikan bahwa dana tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan digunakan untuk perawatan jalan demi kepentingan bersama,” kata Narti.

Lebih lanjut, Ibu Narti menegaskan harapan warga agar material bekas longsor segera diangkut karena banyak lahan sawah yang tidak bisa lagi difungsikan.

“Kami sangat berharap pemerintah daerah dapat segera memberikan perhatian dan bantuan nyata bagi kami yang terdampak bencana longsor ini,” ujarnya dengan nada harap.

Kondisi serupa juga dialami oleh Ibu Toripah , salah satu warga terdampak yang kehilangan lahan produktifnya.

“Iya, Mas, tanah ini milik saya, dari bagian atas hingga sebagian ke bawah. Namun sekarang semuanya tertimbun tanah. Padahal sebelumnya tanah ini merupakan sawah yang setiap musim panen bisa menghasilkan hingga 30 karung padi. Sekarang, lahan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi untuk menanam padi,” tuturnya.

Ia berharap ada kejelasan status dan batas tanah serta relokasi yang layak agar sawahnya bisa kembali difungsikan.

“Kami juga sangat membutuhkan bantuan untuk membuka kembali jalur mata air dari atas. Mata air tersebut sangat penting sebagai sumber pengairan bagi sawah kami dan para petani lainnya,” tambahnya.

Dengan gerakan advokasi ini, PMII Pemalang dan DEMA INSIP berharap bisa menjadi katalisator perubahan yang mendorong pemerintah agar lebih tanggap terhadap bencana yang terus menghantui masyarakat di daerah rawan longsor seperti Desa Wisnu. Kepedulian kolektif dan sinergi antar-elemen menjadi kunci untuk mewujudkan pemulihan yang adil dan berkelanjutan.(*)

You may also like