Oleh : Muh. Asdar
Negara Republik Indonesia (RI) merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terbesar di dunia dan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Tepat hari ini, pada 17 Agustus 2018 Negara yang disebut sebagai negara maritin ini memperingati HUT RI ke-73 yang telah merdeka sejak tahun 1945 silam.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, dan dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta yang bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Indonesia adalah sebuah negeri yang dibangun dengan gagah berani. Negeri yang lahir dari sebuah kebenaran yang diyakini. Negeri yang dibangun dengan harga diri. Harga diri dari mimpi para pendiri negeri. Punya jati diri yang sejati, serta sanggup berdiri kokoh di atas kaki sendiri. Inilah dia, Indonesia. Negeri yang bahkan sudah bernama Indonesia jauh-jauh hari sebelum dunia mengakuinya. Negeri dari hasil keringat sendiri. Bukan pemberian, apalagi hasil dari menadahkan tangan. Negeri yang punya kebanggaan. Buah perjuangan dari sebentuk hati yang berbalut keikhlasan.
Tapi sayang seribu sayang, sudah 73 tahun merdeka tapi perkembangan negara ini semakin anjlok, semakin terpuruk dari baik dari semua bidan dan sektor. Tak khayal sudah tujuh kali gonta-ganti kepala pemerintahan (presiden) tetapi negeri tidak mengalami perkembangan yang pesat, berbeda dengan tetangganya seperti Malaysia dan Singapura walaupun lebih kecil tapi kedua negara ini memiliki perkembangan yang cukup pesat dibanding Indonesia.
Rakyat jelata Indonesia, yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, yang masih menjadi mayoritas penduduk Indonesia. Belum lagi kekayaan negara yang hingga saat ini sampai anak cucu kita kelak dihisap habis-habisan oleh perusahaan-perusahaan Internasional, dihisap oleh Pengusaha konglomerat, tetapi imbal balik kepada Negara Indonesia hanya berupa pajak yang kemudian pajak itu dihabiskan untuk Subsidi BBM yang ujung-ujungnya dinikmati bukan oleh rakyat jelata dan dihabiskan untuk menggaji parlemen yang kinerjanya masih menjadi pertanyaan. Upah buruh yang rendah, dan keadaan ekonomi yang sangat memperhatinkan.
Belum seberapa’pun yang sudah diselesaiakan, masalah barupun kembali muncul dinegeri ini seperti halnya Korupsi yang semakin merajalela, kasus pelanggaran HAM, isu sara, perebutan kekuasaan, perpecahan/konflik antar suku dan hukum yang bisa dibeli serta masalah-masalah lainnya. Memang tidak ada negara yang bersih dan suci tapi alangkah lucunya jika negera besar seperti Indonesia kondisinya seperti ini.
Indonesia pun sudah tiga kali mengganti orde yakni orde lama 1945-1967 (Ir. Soekarno), orde baru 1967-1988 (Soeharto) dan masa reformasi pada tahun 1998-sekarang yang di mulai dari Bj. Habibie sampai sekarang Ir. Jokowi Widodo. Demokrasi dalam setiap pemilu pun kocar-kacir bahkan kata demokrasi itu sudah mati dalam arti sejatinya, tumpang tindih terjadipun didalam berdemokrasi didalam negara ini.
Negeri yang sudah dititipkan para pahlawan ini semakin tak menentu arah dan tujuannya. Sumber daya alam kita yang sangat kaya tapi tidak bisa kita kelola dengan baik dan semestinya padahal kekayaan tersebut lebih dari cukup untuk mensejahterakan masyarakat. Tidak seperti sekarang ini apa-apa dijual di luar negeri, hutang semakin menumpuk padahal indonesia kan kaya tapi kenapa rakyatnya miskin?
Seandinya para pahlawan kemerdekaan itu masih bernafas, maka air mata mereka akan berlinang melihat kondisi negara ini. Padahal, berjuta-juta nyawa sudah dipersembahkan untuk sesuatu yang disebut kemerdekaan. Berjuta-juta lagi tambahannya demi mempertahankan kemerdekaan. Mereka-mereka inilah yang sebenarnya patut disebut pahlawan. Para Pendiri Negeri, berjuang tanpa pernah mau menghitung untung dan rugi. Hargai jasa mereka, sosok-sosok merekalah yang seharusnya mesti kita teladani!
Oleh karena itu, kita patutnya memaknai arti kemerdekaan itu sendiri, bukan karena mendengar kata merdeka kita menganggap negara ini merdeka atau bebas tetapi pahami arti tersebut. Jangan hanya terlena dengan setiap tahunnya perataan HUT RI diwarnai dengan segala pertandingan atau lomba yang dapat menghilangkan kesan semangat juang para pahlawan kemerdekaan seakan-akan diraih dengan tertawa, hargai jasa dan titipan mereka dan menjadikan negara ini lebih baiknya kedepannya.
Dan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya (Soekarno, 10 November 1961).
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” (Ir Soekarno).