BONE, BB – Kabupaten Bone memiliki potensi wisata yang besar. Hanya saja belum dikelola sedemikian rupa sehingga belum begitu nampak.
Hal itu diungkapkan Wakil Direktur 1 Bidang Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Makassar, Muhammad Arfin Muhammad Salim saat menjadi pembicara dalam Penyuluhan Kepariwisataan di Ballroom Hotel Helios Jl Langsat, Kelurahan Macanang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone, Sulsel, Sabtu (12/2/2022)
Meskipun demikian, Muhammad Arifin berharap pemerintah daerah tidak tinggal diam melihat kondisi ini.
“Bone ini sangat besar dalam sektor pariwisata, kami harap dapat dikelola dengan profesional,” kata Muhammad Arfin.
Namun akibat pandemi Covid-19, sektor pariwisata di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) meredup dan semua objek wisata harus ditutup sementara untuk menghindari kerumunan.
“Untuk itu harus ada pendampingan serta bimbingan yang berkelanjutan. Sehingga potensi wisata tetap eksis meskipun di era pandemi ini,” harapnya.
Menurutnya, wisata paling menonjol di Bone adalah wisata Alam dan Budaya.
“Kalau kita melihat potensi yang bisa dikembangkan adalah wisata alam maupun budaya dan tradisi, ini bisa dikemas dan menjadi daya tarik wisata, tuturnya.
“Namun sangat disayangkan Bone belum nampak ciri khasnya sementara memiliki sejarah kerajaan besar,” ungkapnya.
Untuk itu ia berharap masyarakat sadar akan pentingnya pariwisata khususnya di desa sehingga Bone bisa dikenal dunia lewat pariwisata.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Syahruli Asmar mengapresiasi Poltekpar Makassar.
Ia mengatakan, siap mendukung penuh program Poltekpar Makassar itu. “Kami siap mendukung dan akan fokus mengembangkan potensi wisata yang ada di pedesaan,” kata Syahruli.
Syahruli mengakui, dampak yang dialami pariwisata selama pandemi memang mengalami penurunan.
“Banyaknya tempat wisata yang harus tutup karena regulasi pemerintah untuk menekan angka penyebaran Covid-19 itu,” jelasnya.
Meskipun demikian kata Syahruli, hal yang perlu diperhatikan adalah sumber daya manusia yang ada. “Bagaimana mereka bisa mengelola dan mengembangkan potensi wisata kalau SDM rendah,” kata Syahruli. (**/SG)