Seutas Testimoni Terlibat Dalam Jihad Kemanusiaan Muhammadiyah Menghadapi Bencana di Indonesia

0 comments

Terletak pada daerah dengan jalur aktivitas tektonik yang biasa disebut dengan Cincin Api Pasifik, Indonesia harus terus menghadapi resiko terjadinya bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan tsunami. Serangkaian bencana dalam 2 dekade terakhir, membuat Indonesia menjadi sorotan dunia karena menyebabkan kematian ribuan manusia dan hewan, kerusakan alam, kerugian materil, infrastruktur, stabilitas ekonomi, sosial dan dampak psikologis yang berkepanjangan. Apalagi seperti saat ini, terjadinya musim kemarau atau hujan yang ekstrim dapat merusak hasil panen bahan makanan, memicu terjadinya inflasi dan berdampak pada keadaan finansial bagi kalangan masyarakat marjinal Indonesia.

Penanggulangan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Saat ini, kita dapat melihat banyaknya organisasi-organisasi dan komunitas kemanusiaan atau pecinta lingkungan yang turut serta dalam penanggulangan bencana. Salah satu organisasi yang sangat konsisten untuk terlibat yakni Muhammadiyah. Dari tahun 2004 Muhammadiyah telah membentuk Tim Reaksi Cepat dalam menangani bencana melalui lembaga penanggulangan bencana (LPB) atau yang lebih sering disebut Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Departemen ini melakukan edukasi dan pembinaan kepada warga agar tanggap dalam menghadapi bencana di lingkungan tempat tinggalnya.

MDMC berperan dalam penanggulangan bencana untuk membantu masyarakat mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. Saya sendiri pernah mendapat pengalaman terjun langsung ke lokasi bencana saat bergabung menjadi relawan dengan tim MDMC kabupaten Malang dan MAHARESIGANA (Mahasiswa Relawan Siaga Bencana) melakukan respon bencana Gempa Bumi di wilayah Malang Selatan tahun ini (10 April 2021). Saya dilibatkan sebagai tim dukungan psikososial (sesuai dengan disiplin keilmuan yang saat ini saya tekuni yaitu Jurusan Psikologi UMM). Selain itu, pada 30 April 2021, saya juga terlibat dalam program kemanusiaan akibat bencana Hidrometeorologi Siklon Tropis Seroja Nusa Tenggara Timur.

Misi kemanusiaan yang dibawa oleh Muhammadiyah ini tidak memandang latar belakang dan perbedaan agama, etnis, dan perbedaan lainnya, yang kadang menjadi penghalang dalam memberikan bantuan. Muhammadiyah melihat bahwa semua orang yang terkena bencana, siapapun dia, apapun keadaanya, harus dapat didukung dan diberdayakan agar dapat hidup dengan baik. Saat respon bencana ke NTT, kami mendapat pengalaman yang menarik di Desa Tli’u, Kec. Amanuban timur kab timur tengah selatan. Desa T’liu merupakan desa tandus di daerah pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Desa ini juga memiliki komposisi penduduk muslim 20 persen, akan tetapi mampu hidup rukun dengan penganut agama lain. Kaum minoritas muslim di sana memegang teguh pandangan hidup sebagai orang islam, bahwa kita harus hidup rukun dan bermanfaat kepada orang di sekitar kita. Masyarakat Non-muslim di sana banyak yang bersekolah di sekolah Muhammadiyah, begitu pula kita dapat melihat pada Universitas Muhammadiyah kupang yang 70% mahasiswanya adalah Non-muslim.

Adapun, saat bangsa Indonesia berhadapan dengan Pandemi Covid-19, Muhammadiyah berkontribusi untuk bangsa dengan lebih implementatif melalui tindakan nyata untuk mencegah penyebaran virus covid-19 dan dampak sosial ekonomi dari pandemi melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan menyediakan rumah sakit di seluruh Indonesia untuk melakukan penanganan secara profesional terhadap covid-19. Awalnya, MDMC melakukan aksi kemanusiaan Muhammadiyah berupa aksi cepat tanggap daFrurat dan rehabilitasi. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu MDMC telah mengadopsi kode etik untuk relawan kemanusiaan, mengembangkan misi pengurangan risiko bencana sejalan dengan Hygo Framework For Action dan mengembangkan dasar kesiapsiagaan di tingkat komunitas dan rumah sakit. Melalui peningkatan kapasitas dan pengurangan kerentanan akan mengurangi dampak risiko bencana.

Covid-19 telah menjadi wabah pandemi global. Wabah virus corona ini tidak hanya mengancam keselamatan jiwa manusia, tetapi juga telah memberikan dampak yang amat besar terhadap krisis ekonomi dan sosial. Untuk melakukan mitigasi dampak Covid-19, semua pihak perlu berperan aktif dalam menanggulanginya, termasuk Muhammadiyah. Muhammadiyah telah melakukan segala cara dengan semua sumber daya yang ada untuk membantu dalam penanganan Covid-19. Muhammadiyah telah membentuk semacam gugus tugas bernama MCCC yang menjadi garda terdepan dalam penanggulangan Covid-19 di tanah air. Melalui MCCC Muhammadiyah membantu peraturan-peraturan pemerintah dalam penerapan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penularan Covid-19, terutama berkaitan dengan pemberlakukan physical distancing pada masyarakat Indonesia.

Muhammadiyah mengambil peran dalam penanganan covid-19 melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang banyak melakukan penyuluhan, pelayanan kesehatan, advokasi kolaboratif dan pemberdayaan masyarakat. Ketika penyuluhan, MCCC telah melakukan upaya promotif dan preventif dalam rangka meningkatkan kesadaran dan mempersembahkan informasi publik melalui berbagai media seperti televisi, radio, majalah koran, program webinar hingga pengajian. Secara preventif, usaha yang dimulai dengan menyusun program fatwa terkait peribadatan bagi warga Muhammadiyah hingga pembagian masker, APD, dan penyemprotan disinfektan kepada seluruh tempat ibadah berbagai agama yang mampu dicapai. MCCC juga memberikan pedoman khusus mengenai perilaku, ibadah, kehidupan sehari-hari bagi masyarakat terkait hidup bersih dan sehat serta bagaimana cara memutus mata rantai penularan virus covid-19. Dalam dunia psikologi MCCC memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang berupa pemberian konsultasi setiap hari kepada masyarakat yang membutuhkan dukungan psikologis. MCCC membuka call center salah satunya Call center MCCC Kabupaten Malang tempat saya bertugas selama 2 minggu sebagai pusat informasi layanan edukasi covid-19, dukungan psikososial dan tarjih.

Selain itu menjadi relawan Call Center Covid-19 berbulan-bulan di salah satu rumah sakit Muhammadiyah yaitu Rumah Sakit Umun Universitas Muhammadiyah Malang juga merupakan pengalaman yang sangat menarik. Dengan menjadi relawan Muhammadiyah ini telah mengajarkan saya banyak hal terkait pelayanan masyarakat di masa pandemic Covid-19. Di mana, seorang relawan selalu dituntut professional dalam menyikapi segala keluhan masyarakat yang menghubungi, menghadapi masyarakat yang tidak sabaran bahkan bertanya di luar ranah kami, masyarakat yang iseng menghubungi kami, hingga masyarakat yang komplain terhadap pelayanan rumah sakit. Tidak dapat dipungkiri, pandemi covid-19 membuat roda perekonomian nasional mengalami penurunan dan ancaman bagi ketahanan pangan sehingga saya sebagai relawan ikut serta membantu Lazismu Kab. Malang yang berkolaborasi dengan MCCC dalam penyaluran sembako ke masyarakat serta memberikan edukasi ke masyarakat terkait pemutusan rantai penyebaran covid-19.

Berkat pengalaman sebagai relawan Muhammadiyah tersebut, mengantarkan saya untuk terlibat sebagai salah satu anggota Eksekutif Muda BEM-UMM sekaligus Asisten laboraturium Psikologi UMM. Baru-baru ini, kami mengadakan penggalangan dana dalam membantu penyintas banjir bandang Kota Batu (4 November 2021) dengan berkolaborasi dengan MAHARESIGANA, IMM Malang Raya, Hizbul Wathan, dan LAZISMU Malang. Melalui kegiatan ini memperlihatkan elemen Muhammadiyah yang saling bahu membahu dalam penanganan masalah kemanusiaan. Kolaborasi ini juga terimplmentasi dalam upaya kami meningkatkan upaya edukasi terkait covid-19 ke masyarakat termasuk dalam penyelenggaraan vaksinasi Covid-19. (**)

You may also like