Belajar online membuat siswa di perbatasan Indonesia-Malaysia, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, memaksa siswa berjalan kaki hingga lebih dari setengah jam untuk mencari sinyal.
Ini karena terbatasnya jaringan internet di wilayah tepatnya di Desa Sekida, tempat para siswa.
Setiap harinya, para siswa harus melewati jalan sulit, mulai dari menelusuri hutan, melewati jalanan berbukit, hingga menyebrangi jembatan bambu, untuk mencapai sebuah pondok yang didirikan khusus sebagai tempat sinyal yang disebut warga dengan bukit abu.
Bahkan, untuk mengikuti belajar online serta mendapat sinyal, siswa harus meletakkan smartphone di tempat khusus dan tidak bisa bergeser agar sinyal tetap bisa didapatkan.
Warga dan siswa berharap adanya perhatian pemerintah sehingga wilayah ini bisa mendapat sarana dan prasarana pendukung.
“Kami berjalan ke sini untuk belajar online karena cuma di bukit Pak Abu yang ada sinyal internetnya.
Harapan kami, semoga pemerintah memperhatikan kampung kami yang belum memilik akses jalan yang baik, listrik, dan internet,” ujar Ayu, salah seorang pelajar. (***)