“Tanpa Listrik” Mahasiswa KKL STISIP Terlanjur Cinta Desa Bonto Katute

0 comments

SINJAI, BB — Walau sudah resmi  kembali ke kampus sejak kemarin tapi Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIP) Muhammadiyah Sinjai masih menyimpan kesan yang mendalam di masing-masing posko. Rabu, (23/01).

Begitupun dengan Posko Desa Bonto Katute, Kecamatan Sinjai Borong. Di setiap posko yang ditempatkan posko inilah yang bisa dikatakan ujian yang sesungguhnya karena merupakan desa yang sangat jauh dan berada di atas gunung, jalan terjal dan tanpa listrik yang berada di Bumi Panrita Kitta.

Koordinator Desa (Kordes) Bonto Katute, Muh. Asdar kepada menceritakan bahwa inilah ujian dan pengabdian yang sesungguhnya bagi kami. Awal mula datang kesini kami mengalami keresahan karena selain jarak, jalan berlubang (licin), daerah gunung, jaringan kurang mendukung dan tanpa listrik.

” Awalnya kami merasa resah saat berada di tempat ini karena tidak terbiasa dengan situasi dan kondisinya, apalagi tanpa listrik. Saat observasi di setiap dusun kami terpaksa menggunakan Motor X-Trail milik Kepala Desa Bonto Katute karena medannya yang terjal sangat susah di lalui dengan motor bebek, terkadang kami jatuh dan pontang panting apalagi kalau hujan sudah turun” Ungkap Asdar, sapaannya.

Tambah Asdar, ini juga merupakan desa terluas dan jumlah penduduk yang padat di Sinjai Borong. Kadang dalam menjalankan program kerja kami terhambat karena akses dan curah hujan yang sangat tinggi tapi itu semua tidak menghentikan niat dan semangat karena kami sadar inilah ujian dan tempat sesungguhnya bagi mahasiswa dan lambat laun kami mulai terbiasa dan mencintai tempat ini, oleh karena itu kami berharap dan meminta pemerintah Kabupaten Sinjai agar betul-betul memperhatikan desa ini.

Hal Senada diungkapkan Oleh Zulfikar, Arman, Ismail, Wahdania dan Ita Venita walau tempat ini bisa dikatakan Desa tertinggal tetapi kami sangat mencintai dan merasa senang bisa berada disini serta merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat Bonto Katute. Aparat desa yang sangat harmoni dan masyarakatnya yang sangat ramah terasa kami tidak akan meninggalkan lokasi tapi pengabdian telah berakhir tapi kami akan tetap kembali ke “Desa Di Atas Awan” tersebut.

Lanjut, walaupun Kepala Desa Bonto Katute pernah mengatakan bahwa mahasiswa yang ditempatkan disini menderita karena merupakan desa tertinggal tapi itu tidak membuat kami patah hati dan kami senang berada disini. Bahkan kami serasa tidak ingin meninggalkan tempat  ini tapi masa pengabdian telah berakhir.

‘Tapi kami berjanji akan kembali ke desa ini karena bagaimanapun kami sudah mencintai tempat ini, sebelum kembali ke kampus kami diberikan gula merah dari ibu desa dan masyarakat sebagai hadiah” tuturnya.

Diketahui ada 6 mahasiswa tangguh yang ditempatkan di Desa tersebut yakni Muh. Asdar, Zulfikar, Arman, Ismail, Wahdania dan Ita Venita. (Tim)

You may also like