PAREPARE — Wilayah Ajatappareng diprediksi akan menjadi daerah yang didatangi para korban gempa dan tsunami Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk mengungsi.
Hal itu berdasarkan data yang dihimpun terhadap jumlah korban gempa dan tsunami Sulteng yang tiba di beberapa daerah di Ajatappareng.
Di Kota Parepare, jumlah korban gempa yang mengungsi sudah mencapai 167 orang, 95 jiwa korban gempa mengungsi di Sidrap, dan 21 orang di Pinrang.
Jumlah korban gempa yang mengungsi di wilayah Ajatappareng diperkirakan akan terus bertambah.
Olehnya itu, baik pemerintah daerah, badan usaha, komunitas agar bersatu dan bahu-membahu untuk memberikan perhatian terbaik bagi mereka yang juga saudara-saudara kita yang ditimpa musibah bencana.
Walaupun para korban gempa itu mengungsi dan ditampung di rumah keluarganya, tentu diantara mereka ada yang serba kekurangan. Apalah tak miliki pakaian, atau lainnya. Itu lantaran, rumahnya rusak, bahkan ada yang rata tanah dihantam gempa maupun tsunami.
Sekretaris Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Parepare, Muhammad Amin Koppe yang dihubungi, Minggu (07/10/2018), mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan pendataan terhadap korban gempa dan tsunami yang tiba di Kota Parepare. Jumlahnya ada sekitar 167 jiwa yang tersebar di 16 titik tempat tinggal di empat kecamatan.
“Mereka tinggal di rumah keluarganya untuk sementara. Setelah kami data, dan laporan tang kami terima dari anggota Tagana di setiap kelurahan, jumlahnya sudah sekitar 167 orang tersebar di 16 titik,” jelas Amin Koppe.
Menurutnya, jumlah korban gempa yang masuk ke Kota Parepare akan bertambah. Apalagi Parepare merupakan daerah yang strategis dan mudah dijangkau baik melalui jalur darat maupun laut.
“Olehnya itu, Tagana Parepare, selalu siap dan siaga dalam Penanggulangan untuk korban gempa sesuai dengan arahan ketua kita, Minhajuddin Ahmad. Serta akan mengadakan dapur umum untuk para pengungsi,” katanya di Posko Tagana di eks Swalayan Cahaya Ujung di Jalan Bau Massepe.
Dia menyebutkan, korban gempa yang terdata, tak hanya orang dewasa, tapi ada juga yang masih bayi, perempuan dan lansia.
“Kita melakukan pendataan melihat usia dan jenis kelamin. Hal itu untuk penyesuaian apa-apa saja yang menjadi kebutuhannya. Misalnya popok bayi dan susu. Termasuk juga kebutuhan sandang bagi mereka. Apalagi hampir para korban gempa yang tiba di Parepare mengaku hanya pakaian yang menempel di badan satu-satunya,” jelasnya.
Soal bantuan, kata dia, Tagana yang terima, kemudian disalurkan oleh dinas sosial.
“Tagana hanya mendata pengungsi dan terima bantuan untuk korban gempa. Penyaluran bantuan itu dilakukan dinas sosial,” ujarnya.
Amin menyebutkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk penggunaan tempat posko pengungsian jika sewaktu-waktu ada korban gempa yang tiba di Parepare, tidak miliki keluarga di sini.
“Kita ancang-ancang eks swalayan Cahaya Ujung untuk difungsikan sebagai tempat tinggal bagi korban gempa yang mengungsi di Parepare. Kalau sekarang ini, mereka masih tinggal di rumah keluarganya,” kata Amin.
Lewat ini pula, Amin juga mengajak masyarakat untuk terlibat langsung membantu korban gempa bumi dan tsunami di Sulteng. (Udin)
Editor : Supardi