BANJARNEGARA, BERITABERSATU – Peran perempuan dalam politik mulai menjadi perbincangan, ketika berbagai dinamika kepemimpinan lokal menunjukkan bahwa perempuan masih perlu bekerja lebih keras untuk mendapatkan posisi strategis.
Meski iklim demokrasi semakin terbuka, perempuan masih kerap menghadapi hambatan struktural dan kultural ketika terjun dalam dunia perpolitikan.
Menanggapi hal itu, Anggota DPRD Banjarnegara dari Fraksi PPP, Hj. Lilis Ujianti, S.Ag., S.Pd., M.Pd., menyampaikan pandangannya mengenai posisi perempuan menjadi leader partai politik (parpol).
Sebagai politisi yang berhasil menjabat dua periode di kursi legislatif, membuatnya memahami betul bagaimana politik di Banjarnegara bergerak.
Lilis menegaskan bahwa perempuan memiliki hak dan peluang yang sama dengan laki-laki dalam menjalankan fungsi politik, termasuk dalam proses pengambilan keputusan. Baginya, kemampuan adalah tolok ukur utama.
“Perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Selagi perempuan itu punya kapabilitas, punya kapasitas yang bagus, kenapa tidak?” ujar Lilis kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (17/11/2025).
Ia menggambarkan dinamika politik di Banjarnegara sebagai arena yang penuh warna, ada partai yang harus berjuang keras untuk mendapatkan posisi, ada pula partai yang berjalan landai.
Menurut Lilis, keterlibatan perempuan tidak sekadar persoalan representasi. Ada berbagai persoalan masyarakat, terutama terkait perempuan dan keluarga yang membutuhkan kehadiran pemimpin perempuan dalam proses kebijakan.
“Perempuan harus lebih banyak berkiprah dalam politik. Banyak hajat hidup perempuan yang memang harus diperjuangkan,” ungkapnya.
Ia menilai perempuan memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap persoalan sosial kemasyarakatan. Intuisi tersebut menurutnya menjadi modal kuat bagi perempuan untuk melihat kebutuhan nyata masyarakat.
“Perempuan punya intuisi, punya sense of feel yang kuat. Mereka bisa melihat apa yang perlu dilakukan untuk Banjarnegara dan untuk perempuan pada umumnya,” jelasnya.
Ketika disinggung mengenai belum adanya sosok perempuan yang menduduki posisi ketua partai politik di Banjarnegara, Lilis tidak menampik persoalan itu.
“Kalau sekarang sih di Banjarnegara belum ada yang menjadi pimpinan partai, mungkin perempuan belum diberikan kepercayaan untuk itu,” kata Lilis.
Ia menilai bahwa kepercayaan terhadap kemampuan perempuan harus dibangun melalui kesempatan yang lebih terbuka dari internal partai.
Ketika ditanya mengenai kemungkinan kehadiran sosok perempuan sebagai pemimpin salah satu partai politik di Banjarnegara, Lilis menyambutnya dengan positif.
“Menurut saya bagus-bagus saja. Ketika dia (perempuan-red) punya kapasitas, bisa sejajar dengan pemikiran laki-laki, why not? Itu sah-sah saja,” tuturnya.
Ia percaya, jika seorang perempuan memiliki kemampuan, kekuatan, dan visi untuk membesarkan partai, tidak ada alasan untuk meragukan kepemimpinannya.
Lilis berharap bahwa ke depan partai politik dapat memberikan kesempatan lebih besar bagi perempuan untuk mengambil peran strategis, termasuk posisi puncak kepemimpinan.
Menurutnya, demokrasi akan berjalan lebih inklusif ketika perempuan dapat dilibatkan secara optimal.
Penulis : Arief Ferdianto