Beritabersatu.com, Blitar – Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Guntur Wahono, secara tegas menyuarakan perlunya pengembalian mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) ke dalam kurikulum pelajaran anak sekolah, mulai dari tingkat SD hingga SMA/sederajat. Dorongan ini disampaikannya sebagai wujud nyata komitmen nasionalisme dan kecintaan pada nilai-nilai kebudayaan bangsa.
Gagasan penting ini diungkapkan Guntur saat menggelar kegiatan reses di Dusun Poluhan, Desa Kendalrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, pada Sabtu malam (25/10/2025).
Acara tersebut menjadi forum dialog kebangsaan yang dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Ketua DPRD Kabupaten Blitar Supriadi, Ketua Dewan Koperasi Wilayah Jawa Timur Slamet Sutanto, serta berbagai tokoh masyarakat lainnya.
Guntur Wahono, yang dikenal sebagai politisi nasionalis dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, berargumen bahwa pengembalian PMP ke sekolah adalah langkah krusial untuk membentengi generasi muda dari berbagai tantangan di era modern. Ia menekankan bahwa Pancasila bukan sekadar hafalan, melainkan pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Pancasila adalah ideologi bangsa yang telah menyatukan kita dari Sabang sampai Merauke, dengan segala keberagaman suku, agama, dan budayanya,” ujar Guntur.
“Oleh karena itu, mengajarkan kembali PMP di sekolah adalah sebuah keniscayaan. Kita harus memastikan bahwa anak-anak kita memahami betapa pentingnya Pancasila sebagai landasan moral dan jati diri bangsa Indonesia,” sambungnya.
Menurutnya, hilangnya mata pelajaran yang secara spesifik mengajarkan nilai-nilai moral Pancasila telah menciptakan kekosongan spiritual dan degradasi etika di kalangan sebagian generasi muda. Arus informasi global yang deras dan tanpa filter membutuhkan fondasi karakter yang kuat agar pelajar tidak mudah terombang-ambing oleh paham-paham yang bertentangan dengan semangat gotong royong, toleransi, dan kebersamaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa.
Lebih lanjut, Guntur menyoroti keterkaitan erat antara Pancasila dan kebudayaan nasional. Ia menjelaskan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila sesungguhnya telah tertanam dalam tradisi, adat istiadat, dan budaya leluhur bangsa Indonesia. Pengembalian PMP, menurutnya, tidak hanya memperkuat pemahaman ideologi, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia.
“Pancasila mengajarkan kita untuk menghargai setiap perbedaan, berpegang teguh pada musyawarah mufakat, dan senantiasa berbuat adil sosial. Ini semua adalah cerminan dari budaya luhur kita,” tegasnya.
Ia berharap, dengan PMP yang terstruktur dan terintegrasi, tercipta generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bermoral tinggi, nasionalis, dan berpegang teguh pada Bhinneka Tunggal Ika. Penguatan ideologi ini, kata Guntur, adalah investasi jangka panjang untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Dengan PMP, anak-anak akan kembali diajak meneladani kearifan lokal, memahami nilai-nilai persatuan yang diwariskan leluhur, dan menjadi insan yang berkarakter kebangsaan sejati,” pungkasnya. (Zan)