JENEPONTO, BB –– Dalam upaya mendukung visi “Generasi Emas 2045” yang bebas dari stunting, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Angkatan 75 bekerja sama dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Bontomate’ne menggelar rembuk stunting sebagai wujud nyata kolaborasi untuk perubahan.
Rembuk stunting yang dilaksanakan di Kantor Desa Bontomate’ne, Jeneponto ini dihadiri oleh berbagai elemen, termasuk Kepala Kantor Camat Turatea, Kasi Pemerintahan Desa Bontomate’ne, Pendamping Desa, Kepala Puskesmas Bontomate’ne, Kepala Dusun Sejajaran Desa Bontomate’ne, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting sejak dini, serta memperkuat sinergi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan ini.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif Mahasiswa KKN UINAM Angkatan 75 yang telah berkontribusi secara langsung dalam upaya pencegahan stunting di desa ini. Kolaborasi ini sangat penting untuk menciptakan generasi yang sehat dan cerdas, demi mewujudkan Generasi Emas 2045,” ujar Kasi Pemerintahan Desa Bontomate’ne.
Rembuk stunting ini membahas berbagai isu penting terkait stunting, mulai dari penyebab, dampak jangka panjang, hingga strategi pencegahan yang dapat dilakukan di tingkat keluarga dan komunitas. Mahasiswa KKN UINAM bersama Kepala Puskemas Bontomate’ne juga mempersembahkan beberapa program edukasi, seperti penyuluhan gizi seimbang, sanitasi lingkungan, dan praktik pola asuh yang baik untuk memastikan tumbuh kembang anak optimal.
Dalam sambutannya, Koordinator Desa KKN UINAM Angkatan 75 Desa Bontomate’ne menyampaikan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam program ini bukan hanya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, tetapi juga sebagai bagian dari upaya akademis untuk memberikan solusi atas masalah-masalah nyata di masyarakat, salah satunya adalah stunting.
“Kami berharap apa yang kami lakukan di sini dapat membawa perubahan positif dan berkelanjutan bagi masyarakat desa,” katanya.
Kolaborasi ini juga diharapkan menjadi role model bagi desa-desa lain dalam menggerakkan pemuda, khususnya mahasiswa, untuk terlibat aktif dalam isu-isu kesehatan masyarakat. Dengan pendekatan kolaboratif ini, diharapkan angka stunting di Desa Bontomate’ne dapat ditekan, dan pada akhirnya, cita-cita untuk mencetak Generasi Emas 2045 yang bebas dari stunting bisa tercapai.
“Generasi Emas 2045 hanya akan terwujud jika kita semua berkomitmen untuk bekerja bersama, menghadirkan perubahan nyata di tengah masyarakat. Stunting harus kita hentikan sekarang, demi masa depan anak-anak kita yang lebih baik,” Sejalan dengan komitmen tersebut, Kasi Pemerintahan Desa Bontomate’ne menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan untuk mengatasi stunting secara efektif.
“Kami akan terus mendukung dan memfasilitasi kegiatan seperti ini, karena kami yakin, hanya dengan bekerja sama, kita dapat mengatasi masalah stunting secara efektif,” pungkas Kasi Pemerintahan Desa Bontomate’ne. Dalam konteks dukungan dan fasilitasi yang diutarakan oleh Kasi Pemerintahan Desa Bontomate’ne, sinergi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan adanya sinergi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat ini, optimisme semakin tinggi bahwa Desa Bontomate’ne akan menjadi bagian dari perjuangan besar menuju Indonesia yang lebih sehat dan bebas stunting pada tahun 2045. (***)