LBH GP Ansor Pemalang Kecam Trans7 Dianggap Lecehkan Kiai dan Pesantren

by Editor Muh. Asdar
0 comments

BERITABERASATU.COM,Pemalang – LBH GP Ansor Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah mengecam keras program Xpose Trans7 yang dinilai melecehkan dan merendahkan martabat kiai serta pesantren, utamanya Pesantren Lirboyo.

Ketua LBH GP Ansor Kabupaten Pemalang, Helmi Helmi Nuky Nugroho, SH. MH. CMLC menyebut tayangan tersebut tidak hanya melanggar prinsip jurnalisme, tetapi juga melecehkan pesantren dan tokoh-tokohnya dan berpotensi mengganggu harmoni sosial di tengah masyarakat.

Selain itu, Helmi menilai tayangan itu memuat unsur SARA yang menyesatkan soal kehidupan di pesantren. Karena dianggap membentuk citra negatif terhadap santri, kiai, dan lembaga keagamaan.

“Tentunya kita ikut menyikapi dengan kecaman dan akan menempuh jalur hukum seperti yang sudah di lakukan oleh pengurus NU maupun GP Ansor di berbagai daerah,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/10/2025).

“Jalur hukum yang kami tempuh setelah menunggu arahan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pemalang atau dari mandataris Ketua PC GP Ansor Pemalang,” sambungnya.

Selain itu, program siaran Xpose Uncensored Trans7 tersebut berpotensi melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), terutama soal penghormatan terhadap nilai agama dan keberagaman.

Adanya dugaan tindak pidana bidang penyiaran terkait program siaran yg mengandung informasi menghasut, mendiskreditkan dan merendahkan martabat Kiyai dan pesantren oleh program siaran Xpose Uncensored Trans7 yg ditayangkan tgl 13 Oktober 2025 sebagaimana tegas diatur pada pasal 36 ayat 5 dan 6 UU No.32 th 2022 ttg Penyiaran.

Sikap LBH GP Ansor Pusat antara lain menuntut Trans7 untuk menayangkan program penyeimbang yang menampilkan kiprah santri, pesantren dan kiai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mendorong Komisi Penyiaran Indonesia KPI untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran kode etik jurnalistik dan P3SPS dalam pemberitaan program Xpose tersebut.

Mengajak seluruh santri dan masyarakat pesantren untuk tetap tenang,beradab,dan menempuh langkah hukum sesuai prosedur serta menyerukan kepada seluruh kader Ansor dan Banser untuk tetap satu komando menunggu arahan organisasi.

Helmi mengatakan, ada beberapa hal dugaan manipulasi narasi dan pengeditan visual yang menggiring opini publik seolah pesantren tempat tertutup dan ekstrem.

“Padahal kita mau merayakan Hari Santri, mustinya pihak media lebih peka pesantren, lembaga pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,” ungkapnya.

Ia pun menegaskan agar lembaga penyiaran harus berhati-hati dalam mengangkat tema keagamaan dan sosial berbasis komunitas.

“Kritik boleh asal dilakukan atas dasar nilai-nilai keluhuran dan berdasarkan fakta lapangan, saat guru kami diinjak-injak, kami tak-akan mundur untuk membela guru kami walau langit akan runtuh,” tandasnya.(*)

You may also like