Demo Mahasiswa di Sinjai Berujung Ricuh, Kapolres Terekam Diduga Pukul Demonstran

by Ardin
0 comments

BERITABERSATU.COM, SINJAI – Aksi demonstrasi yang digelar di depan Kantor DPRD Kabupaten Sinjai pada Senin (1/9/2025) berakhir ricuh. Insiden ini menyisakan sorotan tajam terhadap tindakan aparat kepolisian, terutama setelah video yang merekam Kapolres Sinjai, AKBP Harry Azhar, memukul seorang mahasiswa viral di media sosial.

Kericuhan pecah saat massa dari Aliansi BEM UMSI dan UIAD berusaha menerobos masuk ke area kantor dewan. Bentrokan fisik pun tak terhindarkan, dan polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Namun, momen paling kontroversial terjadi saat Kapolres Harry Azhar terekam kamera memukul salah satu demonstran dengan tongkat kayu.

Video yang menunjukkan aksi pemukulan ini langsung menyebar dan memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran etika dan prosedur kepolisian, serta memicu narasi tentang brutalitas aparat dalam menghadapi unjuk rasa. Banyak elemen masyarakat menuntut investigasi menyeluruh atas insiden ini.

Merespons video yang viral, PS Kasi Humas Polres Sinjai, IPDA Agus Santoso, membantah adanya pemukulan. “Tidak ada pemukulan. Pak Kapolres hanya memberikan instruksi agar tim pengamanan mundur dari massa aksi,” katanya kepada Beritabersatu.com, selasa (2/9/2025(

Sebelum kericuhan pecah, massa aksi telah menyampaikan tujuh tuntutan utama kepada DPRD Sinjai. Tuntutan-tuntutan tersebut mencakup berbagai isu, mulai dari kebijakan pemerintah hingga reformasi internal kepolisian. Berikut adalah poin-poin utama tuntutan mereka:
* Penolakan tunjangan DPR dan desakan pengesahan RUU Perampasan Aset.
* Pembatalan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
* Penolakan pemotongan anggaran pendidikan dan evaluasi program MBG.
* Reformasi total Kepolisian RI dan DPR.
* Kecaman terhadap tindakan represif oknum kepolisian.
* Permintaan pencopotan Kapolri.
* Tuntutan transparansi penanganan kasus pembunuhan pengemudi ojek online.

Insiden di Sinjai ini menambah daftar panjang kasus kekerasan aparat dalam menghadapi demonstrasi, serta menimbulkan pertanyaan besar mengenai komitmen Polri dalam menjaga profesionalisme dan etika saat berhadapan dengan masyarakat. (Ap)

You may also like