Aliansi Masyarakat BTP Saat Menggelar Aksi di Depan Disdik Sulsel.
Beritabersatu.com, Makassar — Puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat BTP menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (Disdik Sulsel), Senin sore (14/7).
Aksi ini digelar sebagai bentuk kekecewaan terhadap dugaan praktik jual beli kursi dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) di SMAN 21 Makassar.
Dalam aksi yang dimulai sekitar pukul 16.00 WITA tersebut, para demonstran menyuarakan bahwa sistem pendidikan di Sulawesi Selatan semakin menjauh dari semangat keadilan dan pemerataan. Mereka menuding bahwa akses pendidikan kini hanya berpihak kepada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan kemampuan finansial.
Aliansi juga menyoroti keterlibatan sejumlah pejabat dalam dugaan praktik kecurangan tersebut, termasuk Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Kepala Bidang Pendidikan, serta Kepala Sekolah SMAN 21 Makassar, yang mereka sebut sebagai “makelar” dalam jual beli kursi siswa baru.
“Pendidikan seharusnya menjadi ruang terbuka untuk semua, bukan hanya untuk mereka yang mampu membayar. Realitas hari ini justru memperlihatkan pendidikan menjadi ruang gelap yang dikendalikan oleh kuasa dan materi,” tegas mereka dalam pernyataan sikap yang dibacakan di tengah aksi.
Aliansi Masyarakat BTP menilai bahwa sistem pendidikan saat ini telah gagal menciptakan manusia berkarakter dan berpikiran kritis. Sebaliknya, mereka menyebut sistem pendidikan seperti “peternakan massal” yang menghasilkan lulusan tanpa keberpihakan terhadap nilai-nilai keilmuan dan kemanusiaan.
Tiga Tuntutan Utama:
Dalam aksinya, massa menyuarakan tiga tuntutan utama, yaitu:
1. Meminta pertanggungjawaban dari panitia SPMB dan Kepala Sekolah SMAN 21 Makassar atas perubahan jumlah siswa yang diterima, dari semula 40 menjadi 36 siswa.
2. Menuntut transparansi data penerimaan siswa di SMAN 21 Makassar.
3. Mendesak pencopotan Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, karena diduga menyebarkan informasi palsu kepada masyarakat dalam proses sosialisasi penerimaan siswa baru.
Massa juga menyatakan bahwa aksi ini merupakan bagian dari komitmen mereka untuk terus mengawal persoalan pendidikan yang dinilai semakin tidak berpihak kepada rakyat kecil. Mereka menegaskan akan terus bergerak hingga pihak-pihak yang bertanggung jawab mendapatkan sanksi tegas.
Aksi berlangsung tertib dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian, meskipun sempat diwarnai aksi pembakaran ban sebagai simbol kekecewaan terhadap sistem pendidikan yang dianggap rusak dan tidak transparan. (*)
Laporan : Ryan