BERITABERSATU.COM, SINJAI – Kisah inspiratif datang dari Puskesmas Manipi di Kecamatan Sinjai Barat. Bermula dari rendahnya capaian indikator layanan kesehatan, puskesmas ini justru menjelma menjadi pionir perubahan sistem pelayanan yang kini jadi sorotan nasional.
Melalui program inovatif bernama “Generasi Giat SPM” (Gerakan Edukasi dan Transformasi Kegiatan Standar Pelayanan Minimal), Puskesmas Manipi secara radikal memperbarui pola kerja, memperluas kemitraan lintas sektor, dan yang paling krusial, memperdekat akses pelayanan hingga ke dusun-dusun terpencil.
Inovasi ini tidak hanya bergaung di internal Puskesmas Manipi. Keberhasilannya telah menginspirasi dan menjadi model rujukan bagi 15 puskesmas lain se-Kabupaten Sinjai. Bahkan, Kepala Dinas Kesehatan Sinjai, dr. Emmy Kartahara Malik, telah mengeluarkan surat imbauan resmi agar puskesmas lain menduplikasi langkah strategis ini untuk mempercepat pemenuhan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) di wilayah yang masih tertinggal.
“Tim pelayanan kami dari unit dalam gedung, luar gedung, hingga tim dusun bekerja terpadu, aktif menyambangi warga. Kami tak menunggu pasien datang, tapi mendatangi mereka,” ungkap dr. Emmy, menjelaskan inti pendekatan “jemput bola” yang diterapkan.
Yang membuat Puskesmas Manipi berbeda adalah sistem kerja tim yang solid dan responsif. Mereka saling terhubung, fleksibel terhadap dinamika lapangan, serta rutin melakukan evaluasi bersama pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah desa hingga jejaring layanan kesehatan lainnya.
Transformasi ini bukan tanpa alasan. Pada tahun 2022, Puskesmas Manipi hanya mampu memenuhi 3 dari 12 indikator SPM, meliputi layanan untuk ibu bersalin, balita, dan penderita diabetes. Namun, setelah program Generasi Giat SPM diterapkan, hasilnya luar biasa: pada tahun 2024, lima indikator berhasil dituntaskan, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan lansia.
Tak mengherankan, langkah progresif ini berhasil menembus seleksi administrasi dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2025 yang diadakan oleh Kementerian PANRB. Sebuah pengakuan nyata atas ikhtiar kolektif dari ujung kampung, demi kualitas hidup yang lebih layak bagi masyarakat.
Kisah dari Manipi membuktikan, inovasi pelayanan tidak harus muncul dari hiruk-pikuk kota besar atau kantor pusat. Ia bisa lahir dari kesungguhan para pelayan masyarakat di desa, yang dengan semangat kolaborasi mampu menggerakkan roda perubahan untuk satu kabupaten, bahkan menjadi teladan bagi daerah lain. (Adv)