Banjarnegara, BB – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara, seolah tutup mata terkait pencemaran sungai kali sapi yang disebabkan oleh para pencucian pasir putih.
Masalah yang terjadi setiap tahun tersebut, selama ini dianggap sangat merugikan masyarakat di beberapa Desa, dikarenakan air yang biasanya untuk memenuhi kebutuhan setiap hari seperti mandi dan mencuci kini tidak bisa lagi di manfaatkan kembali.
Siang tadi, Sabtu (3/8/2024), saat media mencoba mendatangi aliran sungai kali sapi yang melewati Desa Jalatunda, Kecamatan Mandiraja, terlihat air yang biasanya jernih setiap musim kemarau, berwarna putih bagaikan susu, bahkan permukaan sama sekali tidak terlihat.
“Setiap musim kemarau kan, air sungai kali sapi selalu di gunakan warga Jalatunda, untuk menopang kebutuhan, karena air dari PAM maupun Pamsimas tidak bisa mengalir, sumur juga kekeringan, jadi kalau air sungai seperti itu, masyarakat tidak bisa memanfaatkannya, kasihan mereka,” jelas Kades Jalatunda Satam kepada Wartawan. Selasa (6/7).
Perubahan warna akibat limbah dari pencucian pasir putih di sungai kali sapi, selama ini memang tidak hanya dikeluhkan masyarakat Desa Jalatunda, namun ada beberapa yang juga kena dampak dari pencemaran tersebut, seperti Kaliajir, Karanganyar, Merden, juga kena dampaknya.
“Aslinya tidak ada hanya desa kami Jalatunda, ada beberapa desa juga kena dampak dari limbah pencucian pasir putih, seperti Merden, Karanganyar, Kaliajir, kalau seperti ini terus masyarakat sulit mencari pasokan air bersih, bantuan kan tidak tiap hari datang, saya harap Pemerintah Daerah bisa mengambil sikap terkait hal ini, mau sampai kapan mau di biarkan, kasihan masyarakat, karena air sungai kali sapi itu satu-satunya yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat disaat musim kemarau,” ungkap Satam.
Beberapa waktu lalu Dinas Lingkungan Hidup Banjarnagara juga sempat mengambil simple air yang tercemar. Dalam pengujian di laboratorium, tentang kandungan di dalamnya, dimana itu dianggap pencemaran ringan.
“Disini bukan masalah hasil uji lab, tapi dampak di masyarakat, disaat musim kemarau, harusnya ada penindakan serius dari Dinas terkait,” tegas Kades Satam.
Padahal jika dilihat dari segi kesehatan, tetap ada dampak meskipun skala kecil, tapi harusnya Dinas terkait juga harus melihat sisi lain, yaitu sosial dan kemanusiaan yang juga diperhatikan, tidak serta merta sudah melakukan uji laboratorium, kebutuhan masyarakat banyak tidak di perhatikan.
Menanggapi permasalahan limbah dari hasil pencucian pasir putih di sungai kali sapi, Plt Kepala DPKPLH Kabupaten Banjarnegara Tulus Sugiharto mengungkapkan, permasalahan tersebut sudah pernah dibahas ditingkat Kecamatan dan pernah dilakukan uji laboratorium.
“Sudah pernah dirampungkan di tingkat Kecamatan, kan disini tugas kami hanya mengawasi kwalitas air, kemarin juga Lh sudah dilakukan uji laboratorium, hasilnya air mengalami pencemaran ringan, dan akhirnya dibahas disana bersama kades-kades di lingkungan yang terdampak,” jelas Tulus kepada media saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa, (6/8/2024).
Tulus juga menjelaskan, dari hasil pertemuan, ada beberapa poin yang memang harus di patuhi pengusaha pencucian seperti membuat kolam penampungan.
“Memang pencemaran ringan tetap mengganggu, memang harus ditangani, itu memang kembali ke pelaku usaha, kalau kita tutup kan tidak mungkin, karena mereka butuh penghidupan cari nafkah, soalnya spam yang kami buat juga kena dampaknya, itu mestinya kalau sudah seperti itu urusannya sama Dinas Indakop, ini kan UKM,” ungkap Tulus.
Ditanya terkait perizinan, Tulus juga mengatakan,” Mereka ilegal, jadi ini sudah menjadi ranahnya APH, sudah dibahas beberapa kali, Satpol juga pernah turun, makanya itu kita hanya pengecekan air mas,soalnya tambang urusan propinsi bukan kami, jadi tugas kita menjaga air, meneliti air dan karena itu sudah mengganggu Kamtibmas urusannya Kesbangpol, Satpol PP, Kepolisian, dan rencana juga akan ada rapat kedua, Pak Camat Waris juga akan mengundang saya juga itu, kuncinya di pelaku usaha aslinya, soalnya saya dengar sudah tidak air lagi sana,” ungkapnya.
Dimasa musim kemarau, air sungai kali sapi memang selama ini menjadi salah satu penopang utama di beberapa desa seperti Petir, Kaliajir, Merden, Karanganyar, Jalatunda, sehingga sampai saat ini selalu menjadi masalah di masyarakat, karena sumur hingga air dari PDAM maupun Pamsimas tidak bisa digunakan.
Sehingga persolan tersebut selalu muncul setiap tahun, karena kurang tegasnya Pemerintah Banjarnegara dalam melakukan upaya penindakan atau mencair solusi terbaik untuk penambang pencucian pasir putih, maupun masyarakat yang selalu ramai di media sosial hingga saat ini karena faktor air sungai tidak bisa dimanfaatkan di musim kemarau datang.
(Arief Ferdianto)