PEMALANG,BB—Ormas DPC 234 SC bersama Wartawan Peduli Sosial Pemalang (WPSP) mendukung langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah secara modern ramah lingkungan.
Hal ini disampaikan Ketua DPC 234 SC Pemalang yang juga Ketua Wartawan Peduli Sosial Pemalang (WPSP), Yogo Darminto, SH kepada wartawan, Sabtu (8/6/2024).
Menurutnya, TPA sampah yang terletak di Desa Purana, Kecamatan Bantarbolang akan di kelola secara modern. Meskipun sejumlah warga setempat menolak adanya pembangunan TPA tersebut.
“Pro dan kontra itu sangat wajar, bagi kami setiap kebijakan ataupun program pemerintah menuai pro dan kontra itu wajar sekali, tidak disini saja, di daerah lain juga pasti ada yang namanya pro dan kontra,” ujar pria yang akrab disapa Bang Jarot.
Meskipun langkah mendukung langkah Pemkab Pemalang, dirinya meminta agar pendekatan komunikasi dan sosialisasi yang maksimal untuk memberikan informasi dan edukasi kepada warga, khususnya warga yang menolak adanya rencana pembangunan TPA di wilayah mereka.
“Ya saya berharap pihak – pihak terkait bisa lebih baik lagi dalam berkomunikasi dan mensosialisasikan kepada warga, khususnya mereka yang menolak,” terangnya.
Lanjutnya, dirinya sempat beberapa kali membaca berita terkait rencana pembangunan TPA di Desa Purana, menurut informasi yang ia terima TPA di Desa Purana tersebut nantinya akan di kelola secara modern, sehingga dampaknya tidak seperti di lokasi TPA lama (Pesalakan).
“Pemerintah Kabupaten Pemalang kan juga tentu punya hak preogratif dalam mencari solusi dan membangun daerah, tentu segala mekanismenya, baik maupun buruknya sudah di telaah dan dihitung secara cermat,” katanya.
“Kami sebagai organisasi masyarakat dan sebagai organisasi pers yang ada di Pemalang tentu akan mendukung penuh langkah Pemkab yang terbaik, tentu Pemkab juga tidak boleh dengan cara – cara arogan menyikapi pro dan kontra yang ada,” imbuhnya.
Dikesempatan itu, Yogo juga menyarakan, apabila rencana pembangunan TPA berlanjut di Desa Purana agar dapat diterapkan metode pengolah sampah sanitary landfill yang ramah lingkungan.
Menurutnya, jumlah sampah dari tahun ke tahun terus bertambah sehingga memerlukan penyelesaian agar tidak menjadi masalah seperti yang terjadi di TPA Pesalakan.
Salah satu cara tepat mengolah sampah dengan metode sanitary landfill. Metode ini berupa pengolahan atau pemusnahan sampah dengan cara menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya dan kemudian menimbunnya dengan tanah.
Selain dapat menjadi pupuk, juga bisa mengurangi potensi pencemaran udara atau polusi. Dengan pola pengelolaan sampah yang demikian maka memerlukan lahan luasnya kurang lebih 20 an hektare agar pengelolaannya lebih maksimal.
“TPA Pesalakan jadikan pengalaman buruk bagi Pemkab, mudah – mudahan dengan metode sanitary landfill di TPA yang baru nanti tidak akan menimbulkan efek samping. Selain lokasinya hijau tanahnya juga subur, bahkan bisa menjadi destinasi wisata,” ungkap Yogo Darminto.
“TPA modern tidak sema dengan TPA zaman dulu. Tidak lagi ada penumpukan sampah karena begitu datang langsung diolah dengan menguraikan ke dalam tanah,” imbuhnya.
Yogo berharap, pihak Pemkab Pemalang terus dapat berkoordinasi dengan tokoh masyarakat sekitar terkait rencana pembangunan TPA modern di Desa Purana, dengan demikian warga sekitar yang khawatir daerahnya akan menjadi kumuh dapat mengerti serta dapat mendukung langkah pemerintah dalam mengatasi masalah sampah.
“Tentu ada pihak dan warga yang mengkhawatirkan keberadaan TPA akan menjadikan daerah semakin kumuh, namun saya yakin dengan sosialisasi dan komunikasi yang baik rencana Pemkab dalam mengurai masalah darurat sampah pasti akan berjalan dengan lancar,” tandasnya.(usm)