PEMALANG,BB—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemalang terus mewujudkan komitmennya untuk mengatasi permasalahan darurat sampah yang ada di wilayahnya. Diantaranya pemberian bantuan pengelolaan sampah (Incinerator) di sejumlah desa.
Bupati Pemalang, Mansur Hidayat mengatakan, pihaknya telah memberikan bantuan alat pengelolaan sampah (Incinerator) guna penanganan sampah di lima desa dimana di desa itu terdapat pasar.
“Ada beberapa desa, sebenarnya itu mewakili kecamatan tapi kita taruh di desa, kemarin kita (memberikan) bantuan ada lima desa, yang selesai 100% ada tiga desa, dan dua desa lainnya 90%,” kata Mansur usai menjadi bintang tamu di acara pertunjukan Media Tradisional Pengelolaan yang di Kelurahan Pelutan, Kecamatan Pemalang, Rabu (13/12/2023).
Menurut Mansur, pengelolaan sampah di desa bisa dikoordinir oleh perangkat desa atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat dengan harapan sampah-sampah organik di desa itu bisa dimanfaatkan menjadi beberapa produk yang dapat bermanfaat.
“Nanti perangkat desa atau melalui BUMDesnya, harapannya sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi pakan maggot, pupuk organik, dan lain-lain,” ujarnya.
Lanjutnya, untuk sampah tidak bisa di daur ulang mungkin dibakar sehingga menjadi abu, tapi dibakar secara humanis artinya pembakaran yang sesuai dengan kepatuhan lingkungan.
“Nanti abu nya bisa dicampur dengan senen dan bisa dimanfaatkan menjadi paving block,” kata Mansur.
Selain pemberian bantuan alat pengelolaan sampah, ke depan Pemkab Pemalang berencana membangun dua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) alternatif pengganti TPA Pesalakan.
“DI Tahun 2023 kemarin kita ada pembelian tanah dari pemerintah, lalu, kita kemarin juga pengajuan ke Perhutani dan itu sudah disetujui jadi kita punya dua tempat alternatif yang di Pesalakan kita bisa pindahkan,” ujarnya.
Mansur mengatakan, TPA alternatif pengganti TPA Pesalakan itu akan berfokus pada pengelolaan sampah menjadi nilai ekonomis karena tidak semua sampah dapat masuk dalam TPA yang baru, hanya sampah residu (material yang tidak dibutuhkan lagi, baik untuk pengomposan maupun untuk didaur ulang) saja.
“Nantinya tidak seperti yang di Pesalakan lagi, artinya buang sampah bertumpuk tumpuk tanpa terkelola, nantinya tempat itu akan menjadi tempat pengelolaan sampah menjadi nilai ekonomis sehingga jika ada yang membuang sampah,” katanya.
“Itu sudah membuang yang residu artinya maksimal 20% dari total sampah yang ada. Melalui gerakan ini kita sampaikan bahwa sampah jika dikelola dengan baik akan bernilai ekonomis,” tandasnya.(USM)