PALU, BB — Operasi Kepolisian Terpusat atau yang sering disebut dengan Operasi Ketupat, bukan hal baru didengar dan dilihat bagi seluruh rakyat Indonesia. Kalimat itu, sering terpajan diberbagai spanduk, baliho dan pamflet, bentuknya pun berbagai macam, namun kepolisian biasa menggunakan sebagai bahan pemberitahuan. Salah satunya dalam menghadapi atau menjelang pengamanan hari-hari besar keagamaan.
18 April 2023, tentunya belum begitu lama dilewatkan, masih segar dalam ingatan dan masih terasa berdengung suara peluit dan serina giat Operasi Ketupat Tinombala 2023 tersebut.
Dalam operasi ketupat itu, yang banyak di ketahui masyarakat bahwa penyelenggaraannya berhasil dan sukses. Tapi, taukah kita dibalik keberhasilan itu, ada berbagai suka dan duka, liku-liku perjalanan aparat Kepolisian khususnya kepolisian resort kota (Polresta) palu dalam Operasi Ketupat Tinombala 2023 untuk mengamankan arus mudik dan arus balik Idul Fitrih 1444 Hijriah, di Sulawesi Tengah ?
Dari hasil liputan saya di lapangan, berbagai kejadian yang dialami para petugas kepolisian yang luput dari pengamatan masyarakat umum sangat banyak. Namun saya coba merangkum beberapa kejadian penting untuk menjadi pembelajaran kita akan suka duka aparat Polisi dalam menjalankan tugas sebagai Pelindung, Pengayom, dan Pelayan masyarakat.
Beberapa hari sebelum digelar persiapan rapat koordinasi lintas sektoral Operasi Ketupat Tinombala 2023 bersama sejumlah instansi terkait, masyarakat kota palu dikagetkan dengan amblasnya jembatan bluri II, yang menghubungkan kota Palu dan Kabupaten Donggala serta merupakan jalur antar provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Kamis (6/4/2023)
Akibat peristiwa itu, terjadi antrian panjang hingga mencapai 4 killo meter. Puluhan mobil penumpang antar provinsi yang hendak menuju ke Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan terpaksa harus bermalam. Parahnya lagi, kejadian itu bertepatan masuknya waktu mudik lebaran.
Beruntung, gerak cepat dari aparat kepolisian sektor palu barat yang dibackup polresta palu langsung mengamankan lokasi kejadian.
Kapolresta Palu Kombes Polisi Barliansyah bersama Kabag Ops Polresta Palu, Kompol Romy S Gafur dan Kapolsek Palu Barat AKP Rustang dibantu personil Polresta Palu, turun langsung kelokasi tempat kejadian untuk membantu warga dan mengamankan lokasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Bisa kita bayangkan, jika saat kejadian itu tidak ada peran dari aparat kepolisian ? tentunya yang terjadi kelumpuhan total arus mudik kendaraan, barang dan orang, yang notabenenya harus melakukan aktifitas kerja kesehariannya, baik sebagai Aparat Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS), karyawan swasta, buruh, mereka semua pasti ikut merasakan dampaknya.
Berselang beberapa hari kemudian, kerja keras aparat Polisi bersama pemerintah setempat mulai terlihat dengan terbangunnya dua jembatan darurat, yang kemudian menjadi solusi kemacetan arus lalulintas antar kota Palu dan kabupaten Donggala serta antar Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan.
Melihat dan mengamati keseriusan aparat polisi menangani berbagai peristiwa yang bertepatan kejadiannya dengan waktu pengamanan mudik lebaran itu, saya kemudian menghubungi Kapolresta Palu Kombes Polisi Barliansyah.
Dalam rilis yang beliau kirim melalui pesan whatsapp, Kombes Polisi Barliansyah menjelaskan, meskipun kita sebagai aparat kepolisian belum bisa berkumpul bersama keluarga dalam merayakan hari idul Fitri, tapi sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, bangga dalam melaksanakan tugas negara demi keamanan Kamtibmas Wilayah hukum Polresta Palu.
Sebagai manusia yang berakal dan memiliki rasa, saya pribadi dan mungkin masyarakat sepakat cara itu susah untuk diikuti. Kenapa? Karena secara umum antara hak dan kewajiban, hampir semua orang pasti akan lebih mementingkan hak-haknya. Terlebih lagi diwaktu memasuki hari yang istimewah.
Namun hal itu tidak berlaku bagi aparat kepolisian, inilah yang tidak diketahui atau mungkin terlupakan bagi masyarakat umum, para pengamat tentang kerja keras dan kerja cepat kepolisian yang disaat orang-orang menikmati hari liburnya, pak Polisi tetap setia menjadi garda terdepan dalam pengamanan.
Alhasil, pengorbanan itu pun membuahkan tingkat elektabilitas merangkak naik, ini terbukti setelah salah satu lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei tingkat kepercayaan terhadap lembaga penegak hukum. Hasilnya, tingkat kepercayaan publik ke Polri meningkat menjadi 73,2%.
Sungguh suatu kerja keras yang maksimal dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dalam mengembalikan citra dan kepercayaan publik terhadap lembaga kepolisian Republik Indonesia, disaat sorotan tajam oleh kelakuan beberapa oknum yang merusak dan mencederai lembaga penegak hukum ini.
Jumat curhat, inilah salah satu program unggulan Kapolri yang menjadi tempat penyampain aspirasi dan keluh kesah masyarakat yang terbukti menjadi salah satu solusi utama penyelesaian persoalan di masyarakat. Walaupun bukan satu –satunya, tapi hasil dari keluh dan kesah di jumat curhat terbukti diakui masyarakat Indonesia sebagai tempatnya aspirasi ditindaklanjuti.
Melalui tulisan ini, semoga terbuka kesadaran kita akan kerja keras kepolisian untuk melakukan perubahan yang lebih baik dalam melayani, mengayomi masyarakat Indonesia. Mari kita berikan dukungan kita untuk menjadikan Kepolisian Indonesia yang bermartabat, jujur dalam bertindak, adil dalam penegakkan hukum. (Rahmat Nur)