MAKASSAR, BB — Seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 11 Makassar berinisial GND (17), dengan cepat dilarikan ke Rumah Sakit setelah mengalami lebam disekujur tubuhnya akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya. Insiden pengeroyokan itu terjadi pada Jumat (18/3/2023), saat korban hendak pulang.
Hal itu dikemukakan Idiamin Sartian yang merupakan ayah korban, dirinya mengetahui pengeroyokan yang diduga dilakukan kakak kelas korban setelah mendengar cerita korban. Meski begitu, ayah korban mencari tahu penyebab korban dikeroyok.
Alhasil, sebuah video berhasil diperoleh ayah korban Video itu tampak didalam area sekolah dalam situasi gaduh, sejumlah siswa melakukan pemukulan. Ada siswa diantaranya dalam kondisi roboh akibat mendapat penyerangan, siswa itu berusaha bangkit. Namun tetap saja mendapat pukulan bertubi-tubi. Ada pula siswa dalam pengepungan.
Usai Idiamin melihat video tersebut, ia pun langsung melaporkan peristiwa menimpa anaknya itu di Mapolsek Tamalate.
“Sudah saya laporkan peristiwa pengeroyokan yang dialami anak saya. Anak saya menderita lebam disekujur tubuhnya, tidak hanya anak saya yang jadi korban pengeroyokan diduga dilakukan oleh kakak kelasnya. Tapi ada pula rekannya yang lain. Dan saya melaporkan peristiwa ini agar tidak ada lagi korban berikutnya,” ungkap Idiamin, Senin (20/3/2023)
Idiamin menjelaskan, bermula peristiwa pengeroyokan dialami korban (anaknya), pada Jumat 18 Maret 2023 saat korban hendak pulang, ia terkejut kaget melihat rekannya dikeroyok oleh oknum kakak kelasnya.
“Korban kala itu hendak pulang, ia melihat rekannya dikeroyok oleh oknum kakak kelasnya, korban berusaha menghindar saat dipanggil oleh pelaku. Namun korban yang berusaha menghindar tiba-tiba dipegang oleh pelaku seketika itu korban dikeroyok. Korban yang terlepas dari cengkraman pelaku dan berusaha menyelamatkan diri menuju ke ruang guru dan belum sampai ke ruang guru korban lagi-lagi di keroyok. Akibatnya korban menderita lebam pada bagian kepala, wajah, punggung, pinggang, telapak tangan serta kedua kakinya,” terang Idiamin
Sementara ibu korban bernama Darmawati mengemukakan, sebelum peristiwa pengeroyokan itu terjadi, korban sebelumnya menyampaikan gurunya bahwa dirinya merasa takut lantaran kakak kelasnya akan memukulinya.
“Anakku (korban), pernah menyampaikan gurunya jika dirinya takut dengan kakak kelasnya jika akan dipukuli tanpa sebab. Namun gurunya mengabaikan penyampaian korban. Mestinya guru ketika siswanya sudah menyampaikan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Itu diantisipasi. Tapi gurunya mengabaikan penyampaian siswanya. Bahkan dalam video rekaman tersebut diduga oknum gurunya yang merekam,” katanya.
Menurut informasi yang diperoleh Darmawati menyebutkan aksi pengeroyokan dilakukan oknum kelas III SMU Negeri 11 bukan kali pertama terjadi. Namun sudah menjadi tradisi di sekolah tersebut.
“Masa sih pengeroyokan sampai mengakibatkan siswa kelas 2 jadi korban penganiayaan dijadikan tradisi sementara negara kita ini negara hukum. Memangnya sebuah tradisi penganiayaan dilakukan itu kebal hukum. Nah kalau hal ini terus dilakukan siswa kelas 3 terhadap adik kelasnya tentunya sangat mencoreng dunia pendidikan,” tukasnya. (***)
Editor: Arjuna Sakti