MAKASSAR, BB — Kasus pengeroyokan yang dilakukan kakak kelas di Sekolah Menengah Umum Negeri 11 Makassar berbuntut panjang meski kedua pihak telah dimediasi oleh pihak sekolah. Namun pihak keluarga korban mengaku kasus tersebut tetap akan diteruskan sampai ke ranah hukum.
Pasalnya peristiwa pengeroyokan dilakukan pelaku tersebut diduga ada perencanaan, korban juga sebelum dikeroyok telah menyampaikan kepada guru sekolah. Namun penyampaian itu diabaikan.
“Kami sangat menghargai mediasi dilakukan pihak sekolah dan pihak Dinas Pendidikan. Hanya saja persoalan ini kami pihak keluarga tetap membawa kasus ini ke ranah hukum. sudah dilakukan mediasi dan pihak sekolah meminta maaf atas insiden yang terjadi. Mereka pihak sekolah juga bilang dari kejadian itu cukup berdampak pada psikis pelaku, mana lagi katanya ujian sekolah sudah mendekat,” kata Idiani Sartian yang merupakan kakak perempuan ayah korban.
Kepada pihak sekolah Idiani Sartian yang merupakan tante korban mengatakan persoalan gangguan psikis terhadap pelaku dipikir oleh pihak sekolah. Namun bagaimana dengan psikis korban ?.
“Kalau soal akibat dari pengeroyokan yang dilakukan pelaku hingga psikisnya terganggu karena kami melakukan upaya hukum. Kok itu dipikirkan oleh pihak sekolah. Nah kenapa tidak dipikirkan psikis korban. Dimana, sebelum kejadian juga korban sudah menyampaikan pihak sekolah yakni guru sekolah,” tukas Idiani.
Dipertegas Idiani, sebelum menempuh jalur hukum, pihaknya mendalami juga sikap dan kepribadian korban di sekolahnya dengan berkoordinasi ke pihak guru BK, dan pihak guru BK menilai jika ponakannya (korban), merupakan anak yang baik, tidak pernah bolos maupun terlambat, izin cuma satu.
Adapun pengeroyokan yang terjadi setelah pihaknya menyelidiki disebutkan bahwa di sekolah tersebut ada dikatakan ganjil genap. Dimana kelas 1 dan kelas 3 bergabung untuk melawan kelas 2.
Menurutnya pemukulan terjadi bukan karena ada persoalan.
“Informasi yang kami peroleh bahwa sebagian kelas 2 sudah dilakukan pengeroyokan sebelum terjadi pengeroyokan dilakukan oleh pelaku sisa kelas korban yang belum. Namun sebelum terjadi juga ponakan saya (korban), sudah melaporkan ke guru kelasnya bahwa kelas 2 dikelasnya hendak dipukul oleh kakak kelasnya sehingga meminta pulang dan gurunya mengizinkannya, korban kemudian bertanya tentang bagaiman dengan rekannya jika dirinya saja pulang. Namun gurunya mengabaikan,” kata Idiani menirukan keterangan korban, Selasa (21/3/2023)
Idiani mengaku menyayangkan pihak sekolah sebelum insiden pengeroyokan itu terjadi, sebab sebelum terjadi kepala sekolahnya melihat siswanya pada berlarian di halaman sekolah. Bahkan mendapati salah seorang siswanya yang bersembunyi WC minimarket.
“Ketika kepala sekolah mendapati siswanya yang bersembunyi, kepada siswanya kepala sekolah bertanya bilang kenapa sampai bersembunyi. Dan siswanya itu menjawab bahwa dirinya takut. Nah seharusnya di situasi itu kepala sekolah mengantisipasinya,” ungkapnya.
Ditambahkan Idiani mengenai kasus ini dengan tegas pihaknya tidak ingin berdamai meski pihaknya dan pelaku telah dipertemukan lewat mediasi sekolah.
Sementara itu Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMAN 11 bagian Kehumasan Ibu Tina yang dikonfirmasi awak media terkait kasus pengeroyokan mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan mediasi kedua pihak
“Kita sudah mediasi orang tua murid kedua pihak, korban maupun pelaku. Untuk meminta wawancara kepada kepala sekolah beliau tadi ada dan beliau pulang karena lagi sakit,” katanya.
Ditanya soal tradisi ganjil genap yang terjadi sekolah tersebut Tina menepis tradisi ganjil genap tersebut. Dimana dimaksud ganjil genap siswa kelas 3 dan 1 bergabung untuk melawan kelas 2.
“Tidak benar ada itu tradisi ganjil genap di sekolah kami. Dan mungkin orang itu ingin menjelek-jelekkan sekolah kami,” pungkasnya.
Sementara pihak keluarga korban yang dikonfirmasi balik kembali mengingatkan proses mediasi yang turut dihari oleh tim dari Dinas Pendidikan, Ketua Komite sekolah dan orang tua pelaku.
“Kami keluarga korban saat mediasi berlangsung membahas soal tradisi ganjil genap tersebut dan pihak sekolah mengetahui soal tradisi ganjil genap tersebut. Kami sangat menyayangkan karena pihak sekolah tidak mengantisipasi permasalahan diantara siswa disekolah tersebut,” terang Idiani
Terpisah Kapolsek Tamalate, Kompol Irwan Tahir mengaku, pihaknya menerima laporan korban pengeroyokan siswa SMA 11, pihaknya langsung turun melakukan penyelidikan dan mengamankan beberapa orang pelaku.
“Kami telah mengamankan pelaku yang mengeroyok korban. Bahkan mengamati pelakunya. Mereka dalam kasus ini antara kelas 1, 2 dan 3. Kasus ini masih dalam penyelidikan,” katanya. (***)
Arjuna Sakti