Opini: Religiusitas dan Sekularisme
Oleh: Don Akbar
Belajar dari buku Gusdur “ tuhan tak perlu di bela”. Itu sudah dinyatakan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam suatu tulisannya yang kemudian menjadi judul salah satu buku kumpulan karangannya yang diterbitkan beberapa tahun lalu.
Tapi, bagaimana dengan umatNya atau manusia pada masa sekarang, dan bagaimana kondisi pada hari ini di tengah Pandemi covid 19?
Bukan ka zaman sekarang terjadi perang saudara ummat islam sendiri yang berperang? Mengapa itu terjadi saudara dan saudari sekalian? saya beranggapan bahwa terlalu banyak pendapat di kalangan ulama yang saling mengkafirkan satu sama lain. Dan masing-masing memilki argumentasi yang kuat di buktikan dengan referensi yang jelas.
Bukan ka nabi besar kita muhammad Saw pernah berpesan kepada kita semua yang beragama islam “umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan selamat’’.
Menjadi perdebatan dimana-mana siapa yang akan selamat. Saya beranggapan bahwa yang akan selamat adalah orang-orang yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah Swt. Disamping itu hubungan kita kepada pencipta itu harus di perkuat dengan menjalankan semua perintah Allah Swt.
Apalagi Zaman sekarang terlah terjadi sekularisme di berbagai kehidupan karna apa yang dilakukan tidak lagi diatas agama yang dianut yaitu islam ysng dikatakan agama yang lurus, dimana sekularisme pemisahan agama dalam kehidupan artinya bahwa agama-agama bukan dunia pekerjaan.
Ketika berbicara mengenai konsep religiusitas banyak yang seolah ingin membela Tuhan sedangkan mereka hanya ciptaaan, tidak logis jika ciptaan mau membelah pencipta yang agung. “Merekalah yang sebenarnya justru perlu dibela” ketika mereka menuai ancaman atau mengalami ketertindasan dalam seluruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama.
Konsekuensi dari pembelaan, adalah kritik, dan terkadang terpaksa harus mengecam, jika sudah melewati ambang toleransi. “Pembelaan”, itulah kata kunci dalam esaiesai kumpulan tulisan Abdurrahman Wahid kali ini. Maka, bisa dikatakan, esaiesai ini berangkat dari perspektif korban, dalam hampir semua kasus yang dibahas.
Dan saya berharap persaudaran seislam dan bukan islam tetap di jaga supaya kerukunan dan kedamaian menyertai kita semua Amin.