Pemerintah secara resmi telah melarang mudik Lebaran 2021 selama 6-17 Mei 2021. Hal itu diumumkan dalam Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 dari Satgas Penanganan Covid-19 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 Selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.
Buntut pelarangan itu, sopir pun jadi korban. Seperti terlihat dari akun facebook Inoy Libero, yang mengunggah jeritan seorang sopir bus, namun tak disebutkan namanya.
Lelaki berbadan gemuk itu membacakan secarik surat yang ditujukan kepada para gubernur, wali kota dan bupati. “Dengan menutup pintu keluar masuk provinsi secara tidak langsung membunuh mata pencaharian kami.
Jangan biarkan anak-anak kami menangis pilu di saat anak-anak kalian tertawa gembira.
Jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan,” katanya, yang dibacakan pada Rabu (28/4/2021).
Sopir bis berambut gondrong itu juga mempertanyakan kepada aparat yang bertindak kasar saat dia melintas. “Kenapa kami selalu di hadapkan dengan aparat hukum di bentak di hardik seakan kami ini teroris? Padahal kami ini adalah pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil kami.
“Di saat kalian berbagi THR kami hanya bisa berkata ‘Apakah esok hari anak-anak kami dapat makan?”
“Dengan kebijakan seperti itu tentu berdampak pak, bukan hanya perusahaan tapi kami juga sebagai sopir terdampak juga,” ucap Anto, awal April lalu.
Sementara Sopir bus Yusdian Abdullah (42) dari Perusahaan Otobus (PO) Medal Sekarwangi (MS), mengatakan, adanya larangan mudik tersebut membuat para sopir bus kesusahan.
“Repot pasti, karena (mudik) kan dilarang pemerintah,” ujar Yusdian.
Padahal, momen mudik Lebaran merupakan panen raya bagi sopir bus. Biasanya jumlah penumpang akan meningkat drastis.
“Kalau masalah penumpang dari sekarang juga sudah dibatasi setengahnya, paling banyak 25 sampai 30 penumpang,” kata Yusdian.
Berikut, Isi Curhat Sopir yang juga viral di medsos yang dilansir dari beberap sumber:
Jeritan hati amang supir –emo tiga menangis, red-
Kami para sopir angkutan memohon kepada Bpk Pejabat Gubernur,Walikota dan Bupati se-Kalsel
Dengan menutup pintu keluar masuk dan dlm propinsi Kalsel,secara tidak langsung kalian membunuh mata pencaharian kami..
Jangan biarkan anak2 kami menangis pilu di saat anak2 kalian tertawa gembira
Jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan
Karena anak, istri berikut biaya hidup kami tidak di tanggung oleh negara
Kenapa harus kami yg di korbankan karena ketakutan kalian yg justru tidak kami takuti..
Yang kami takuti apabila anak dan istri kami mati kelaparan Krn tidak dapat makan.. siapakah yg bertanggung jawab?
Padahal Allah menyuruh kami tetap berusaha dan bertanggung jawab kepada anak dan istri kami. itu yg kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti
Kenapa kami selalu di hadapkan dengan aparat hukum seakan kami ini seorang tersangka,padahal kami ini adalah pencari recehan bagi keluarga kecil kami ?
Di saat kalian berbagi THR,kami hanya bisa berkata, “Apakah esok hari anak2 kami dapat makan ?”
Apakah kalian pernah merasakan di saat semua orang tidur nyenyak ada seorang sopir tetap terbangun dan bekerja menafkahi keluarganya demi memberikan kehidupan yg layak utk anak istrinya ?
Apakah ada cara lain yang bijak dengan tidak membunuh mata pencaharian kami?
Berilah aturan dan jln keluar yg adil buat kami.Dengan pekerjaan ini,kami sadar takkan bisa memberi kekayaan kepada anak istri kami,namun setidaknya kami msh bisa bekerja dgn jln yg halal untuk memberi makan anak istri kami. (****)