MUSI RAWAS, BB – Batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia Internasional oleh Presiden Soeharto saat mengikuti konferensi PBB.
Batik Indonesia didaftarkan untuk mendapat status intangible cultural heritage (ICH) melalui kantor UNESCO di Jakarta oleh kantor Menko Kesejahteraan Rakyat mewakili pemerintah dan komunitas batik Indonesia, pada 4 September 2008.
Pengajuan itu pun membuahkan hasil bagi pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Pada 9 Januari 2009, pengajuan batik untuk Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO diterima secara resmi.
Batik dikukuhkan pada sidang keempat Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Nonbendawi yang diselenggarakan UNESCO di Abu Dhabi pada 2 Oktober 2009. Pada sidang tersebut batik resmi terdaftar sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi di UNESCO.
Mengingat sejarah panjang perjuangan tersebut, dalam merealisasikan program kerja Dharma Wanita Persatuan, Program Kerja SMAN Semangus, mendukung Program Pemda Musi Rawas dan Provinsi Sumsel serta Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Dosen Seni STKIP PGRI Lubuklinggau dengan Protokol Kesehatan ketat maka diselenggarakan Kegiatan Membatik bagi Siswa, Guru, dan Anggota Dharma Wanita Persatuan di SMAN Semangus Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan, Selasa (16/02/2021)
“Batik ini warisan dari leluhur kita. Kemana pun kalian pergi, ke luar negeri, bila kalian mengenakan batik, orang akan mengenali kita adalah warga Indonesia, yang dikenal dengan batiknya,” kata Kepala SMAN Semangus Farhan, S.Ag., M.Pd yang didampingi Ketua DWP Maryati, S.Pd.I.
Menururnya, Kegiatan belajar membatik ini baru pertama kali digelar di sekolah ini. Tujuannya untuk menumbuhkan kecintaan siswa dan guru terhadap batik.
“Batik sudah menjadi identitas warga Indonesia. Saya berharap para siswa mencintai batik, karena batik ini adalah warisan dari leluhur kita yang harus dilestarikan. Jangan sampai batik ini diklaim oleh bangsa lain,” ujarnya.
Salah satu siswi Mayang Sari, mengaku bangga bisa ikut belajar membatik dalam acara kali ini. “Saya merasa bangga dan senang sekali diadakannya belajar membatik yang dilatih langsung oleh para ahlinya yaitu Dosen Seni dari STKIP PGRI Lubuklinggau karena bisa menumbuhkan rasa kecintaan terhadap batik yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Dosen Seni STKIP PGRI Lubuklinggau R. Angga Bagus K, M.Pd didampingi Andri Valen, M.Pd., Dedy Firduansyah, M.Pd., dan Sujarwo, M.Pd mengemukakan bahwa adapun bahan yang digunakan yaitu Kaos Oblong, Kain Putih polos, soda As, wantek serta bayclin dan pewarna remasol yang dipesan langsung dari Jogja.
“Kegiatan ini terbilang sukses, hal ini dapat dilihat dari karya yang telah dihasilkan, beberapa motif dapat diciptakan,” pungkasnya. (Akhiruddin)