MAKASSAR, BB — Dugaan pungutan liar Oknum pegawai Rutan Makassar bernilai Rp170 juta dalam kasus tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang diberikan oleh salah seorang tahanan terbelit hukum berinisial SH menuai tudingan dialamatkan terhadap rekan sendiri.
Sebut saja inisial keduanya antara IY dan ACB, oknum sipir ACB menuding IY menikmati uang ratusan juta diberikan oleh seorang tahanan berinisial SH.
Tak terima tudingan itu, IY angkat bicara. Bahkan, ia membeberkan fakta sebenarnya uang yang digelontorkan seorang tahanan kasus narkoba tersebut (SH)
IY dalam keterangannya mengaku menerima uang dari ACB. Namun bukan Rp170 juta, melainkan hanya Rp92 juta. Uang itu pun untuk honorarium pengacara yang membantu SH. Dan tentunya harus menggunakan jasa pengacara yang berkemampuan baik.
Menurut IY jika dirinya hanya bertugas mencari pengacara. Dan Pilihan jatuh ke HR.
“Jadi awalnya itu (ACB) tanya saya. Dia bilang ‘Pak, ada kasus’. Saya bilang ini kasus besar. Barangnya satu bal narkoba. Tidak mungkin bebas. Saya bilang Anda harus dicarikan pengacara. Kita carikan pengacara kalau Anda sepakat dengan terdakwa,” beber IY, Jumat (29/1/2021)
Dugaan kasus ini bemula pada bulan Juli 2019, saat SH masih berstatus terdakwa kasus narkoba satu bal, SH berharap bisa bebas demi hukum. Dia pun meminta jasa bantuan dan diduga menggelontorkan ratusan juta untuk memuluskan niatnya.
IY menegaskan, SH minta Bebas Demi Hukum di Rutan yang dijanjikan ACB dan petugas pelayanan kasubsi Administrasi FD dan Staf Registrasi EW yang diduga sudah dikondisikan oleh ACB.
“Nah bagaimana bisa saya memuluskan keinginan SH. Saya tidak ada hubungan dengan Bebas Demi Hukum karena itu ide ACB dan oknum pegawai pelayanan. Sekali lagi saya hanya mengurus jasa pengacara saja,” pungkas IY.
Sebelumnya Oknum sipir berinisial ACB menuding rekannya, IY yang menikmati uang itu. ACB mengaku rekeningnya hanya tempat mentransfer uang dan uang tersebut bukan dirinya menikmati. (***)
