BONE, BB — Nurjanna, seorang perempuan (remaja) yang bertugas sebagai kurir pengantar paket kiriman ke pelanggan. Ia yang akrab disapa Nur dan sehari – hari bertugas di gerai, operasional Sicepat, di Desa Palakka Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone Sulsel. Merupakan potret nyata emansipasi yang diperjuangkan R.A. Kartini tentang kesetaraan gender laki-laki dan perempuan.
Sebagai anak ketiga dari enam bersaudara. Nur sudah terbiasa bekerja keras agar dapat membantu orang tuanya. Bagi perempuan lulusan SMA kelahiran 19 Juni 2000 yang akrab disapa Nur ini, bekerja di lapangan seolah sudah mendarah daging karena sebelum bergabung di sicepat juga pernah bekerja di lapangan sebagai sebagai karyawan tokoh di Malang, dan Karyawan swasta di Koperasi PT. Dana Mandiri Sejahtera (DMS)di Kediri, Jawa Timur.
Nur pun menceritakan pengalamannya dulu, di bidang koperasi, selain perlu tenaga dan waktu yang tidak sedikit, juga harus teliti, karena harus memproses data – data yang jumlahnya banyak. Oleh karena itu, Nur pun tertarik ketika menerima informasi dari seorang teman dan mendapat tawaran untuk menjadi kurir, sehingga Ia pun bergabung di sicepat tujuh bulan, lalu tepatnya pada 12 Juni 2019 lalu.
“Saya senang jadi kurir karena bisa ketemu banyak pelanggan. Ada kepuasan tersendiri kalau pelanggan tersenyum bahagia menerima paket yang sudah mereka tunggu. Sering juga waktu saya datang ke suatu daerah, anak – anak kecil ngejar terus ngerumunin saya karena senang paket – paket mereka datang,” ungkap Nur sambil tertawa saat dihubungi pada kamis, (14/1/21).
Menjadi satu-satunya kurir perempuan di tengah ratusan kurir laki-laki di sicepat, tidak membuat Nur merasa canggung atau risih. Tugas yang diemban pun tidak berbeda dengan kurir laki-laki dimana dalam sehari Nur bisa mengirim paket ke lebih dari 100 alamat. Bahkan pada hari hari perayaan, seperti Ramadhan, Harbolnas, Mobile Shopping Day, Natal dan Tahun Baru, mau pun yang lainnya, jumlahnya bisa naik hampir dua kali lipat. Namun situasi pandemi covid-19 keterlambatan pengiriman lewat udara atau laut sering terjadi, maklum saja.
“Begitu juga kalau dapat amanah kirim paket yang ukurannya besar, karena ngga mungkin bawa semuanya di motor, jadi saya bawa dulu paket yang besar itu ke drop station yang letaknya searah sama jalur pengantaran. Terus saya balik ke kantor lagi buat ngambil paket – paket lainnya buat diantar duluan. Habis semua paket ter-delivery, baru saya ke drop station lagi untuk ngambil paket besar itu buat diantar ke penerimanya”, imbuh Nur.
Penerima paket tidak di rumah sekaligus tidak bisa dihubungi, atau alamat tidak lengkap adalah sebuah tantangan. “Kadang perlu cari solusi khusus buat satu paket supaya aman sampai ke penerimanya, apakah dititipkan ke tetangganya atau counter hp, bahkan kadang rumah ketua RT-nya saya datangi. Jadi perlu waktu lebih dari 15 menit cuma untuk satu paket itu”, tuturnya.
Tantangan lainnya yang Ia ungkapkan adalah kondisi jalan di area kerjanya yang tidak semua bisa dilalui motor, sehingga Ia harus berjalan kaki cukup jauh memasuki gang-gang sempit untuk sampai ke alamat tujuan paket. Namun Nur mengatakan, “Kalau kerja dibarengi ikhlas bawaannya senang saja, apakah itu saat hujan atau panas terik, dan harus jalan kaki jauh nyusuri gang sempit untuk sampai ke alamat penerima paket”. tambah dia.
Yang tak kalah penting karena membawa image dan nama baik sicepat, Nur selalu menjaga kerapian penampilan dan melempar senyum ramah setiap kali bertemu seluruh penerima paket yang berada di area kerjanya, meliputi kawasan sebagian Bone Selatan. “Saking lengkapnya mulai atribut seragam, jaket, sampai helm, sampai sering dipanggil “pak atau mas” oleh penerima paket. Setelah buka kaca helm, baru mereka tahu saya perempuan”, ujarnya.
Mengingat kurir perempuan masih jarang, maka Nur kerap mendapat support dari para pelanggan setia Sicepat sesama kaum hawa, bahkan diberi julukan khusus oleh seorang ibu – ibu pelanggan setia Sicepat yang paketnya sering diantarkan oleh Nur, yaitu ‘Kartini Tangguh Pejuang Emansipasi di Dunia Kurir’. “Saat pelanggan mengetahui kalau kurirnya perempuan, mereka banyak yang menyemangati,” kata gadis kelahiran tahun 2000 ini.
Nur menyampaikan, “Untuk perempuan lainnya yang seprofesi atau bekerja di bidang lainnya dengan area tugas di lapangan, tetap semangat dan jangan khawatir, karena justru banyak orang yang ramah dan mau memberikan bantuan jika kita sedang kesulitan saat bertugas karena tahu kita perempuan. Tapi tentunya harus tetap berhati – hati di jalan”.
Selain senang karena mendapat sambutan baik dari para pelanggan, Ia juga mengaku enjoy karena masih banyak waktu untuk keluarga setiap harinya. “Sebelum berangkat kerja, saya bisa buat sarapan dulu untuk keluarga. Habis itu ke kantor untuk sortir paket, baru saya mulai delivery dari jam 10 sampai sore”, cerita Nur.
Nur berharap sicepat dapat semakin maju dan berkembang, sehingga mempekerjakan banyak kurir perempuan. “Bangga sama sicepat karena perempuan pun kalau merasa mampu bisa kerja di tim operasional, termasuk kurir. Saya berharap makin banyak kurir perempuan, terutama di kantor saya, karena kebetulan disana kurir perempuan cuma saya sendiri, supaya saya ada teman,” pungkasnya. (Amry Amas) .