BONE, BB – Fenomena pasien meninggal akibat Covid-19 kembali mencuat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, setelah pasien BS (53) menghembuskan nafas terakhirnya karena diduga terjangkit virus Corona, Kamis 03 Desember 2020, lalu.
Namun hal itu menuai sorotan dari pihak keluarga yakni Muhammad Zaky yang merupakan anak dari BS, dia menganggap adanya kejanggalan atas kepergian ayahnya lantaran pelayanan dan penanganan Covid-19 diduga tidak pada prosedurnya.
“Sampai saat ini kami sekeluarga belum mengerti dari penjelasan pihak RS tersebut tentang vonis kepada ayah saya dan juga pelayanan dan penanganan covid-19 yang tidak pada prosedurnya. Kami mengerti sedikit tentang penanganan serta bagaimana cara menghindari dari virus yang menjadi pandemi diseluruh penjuru dunia ini. Tapi kami tidak paham tentang keputusan bahwa ayah saya merupakan pasien covid yang pihak RS Tenriawaru Watampone menvonis ayah saya,” terang Muhammad Zaky kepada Beritabersatu.com melalui rilisnya.
Sementara kejanggalan yang dialami oleh Muhammad Zaky pada waktu ayahnya masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone yakni penanganan pada hari dimana ayahnya di rujuk ke Makassar untuk penanganan selanjutnya, tidak terdapat perawat yang menemaninya duduk di ambulance bagian belakang untuk melihat perkembangan ayahnya.
“Hasil swab ayah kurang dari 12 jam telah ada hasilnya Jam 8 pagi (03/12/2020) di swab dan hasilnya pun keluar tepat pada setelah Shalat Dzuhur 12.30 Wita (03/12/2020). Pada hari yang sama dan hasil Swab ayah pun saya dapatkan via Telepon dari Dr. Ahmad (Sp. Paru-paru) dan hingga pada saat ini, hasi lab dari Swab ayah belum kami terima. Hal ini Memungkinkan data yang kami terima tentulah meragukan dalam pikiran saya. Sedangkan hasil rapid test ayah adalah negative. Bukankah ini kejanggalan yang ada?,” tanya Muhammad Zaky.
“Penanganan dan pelayanan yang saya rasakan di RS Tenriawaru tepat pada ruang isolasi, saya pun tidak dianjurkan oleh Pihak RS untuk memakai APD. Waktu pemakaman ayah berlangsung, saya pun disuruh untuk memakai APD, dan setelah pemakaman pun selesai saya memberitahukan Drg. Yusuf Tolo yang memberikan APD tersebut, dan bertanya dimanakah saya harus menyimpan APD ini setelah saya gunakan? Dan saya pun disuruh oleh beliau untuk membuang sembarangan tepat di depan Kuburan Macanang, tempat peristirahatan ayah yang terakhir,” sambungnya.
Halaman Selanjutnya…