Jalan Kubangan di Srumbung Rugikan Ibu Hamil dan Anak-Anak

0 comments

JAWA TENGAH, BB – Di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dalam kurun waktu dua bulan ini, banyak dijumpai jalan kubangan. Warga pun mulai mengeluhkan kondisi jalan di wilayah mereka lantaran mengganggu akses transportasi umum.

Kondisi ini terjadi akibat kerap dilalui truk pengangkut material galian C seperti pasir dan batu.

Dari pengakuan warga yang berhasil dihimpun di lapangan, sebenarnya warga sudah lama mengeluhkan kondisi jalan yang rusak parah di wilayah mereka. Seperti jalan utama di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung.

Begitu juga di jalan Desa Srumbung dari depan kantor Kecamatan Srumbung, kantor Polsek Srumbung, hingga depan kantor Desa Srumbung.

Lihat saja jalan milik Pemkab Magelang ini, di Desa Banyuadem dari Jembatan Batang hingga kantor Desa Banyuadem, sekitar 75 persen aspalnya terkoyak. Saat hujan tiba jalan tersebut berubah jadi kubangan gara-gara banyak lubang mengangah.

Sebaliknya, saat musim kering jalanan berbuah debu. Mengganggu pernapasan khususnya anak-anak dan membuat jalan hingga pemukiman penduduk diselimuti kabut debu.

Sekretaris Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung Anjar Wiyanto membenarkan keluhan warga terkait kerusakan jalan di wilayah mereka.

Menurut Anjar, warga mengeluh karena terganggu kenyamanan mereka saat melintas jalan tersebut. Terutama yang mengangkut hasil pertanian mereka ke pasar untuk di jual.

“Sudah sebulan lebih warga merasa terganggu saat berada di jalan. Selain macet, juga ada rasa was-was karena banyak aktifitas truk melintas ditambah banyak lubang di jalan,” ujar Anjar kepada beritabersatu.com di Banyuadem, sabtu (13/6/2020)

Sriyono (45), salah satu pedagang yang ada di daerah setempat mengaku, selama ini jalan di Srumbung rusak akibat tingginya aktifitas truk pengangkut material galian C, pendapatannya menurun. Sebab selain kerap telat sampai di pasar, juga mengurangi bawaan barang jualan lantaran kondisi jalan tidak mendukung.

“Saya biasanya lumayanlah mas, pendapatan sehari, tapi sejak jalan rusak, banyak debu, truk pasir dan batu wira-wiri, pendapatan saya menurun,” jelas Sriyono.

Sementara itu, pemerhati lingkungan Jawa Tengah Chandra SE menegaskan, yang paling dirugikan oleh jalan rusak ditambah asap truk dan debu jalan adalah anak-anak, ibu hamil dan orang-orang yang membuka usaha di pinggir jalan.

“Yang utama adalah polusi, debu, jalan rusak kasihan anak anak sekolah, ibu hamil dan pengusaha warung makan minum,” tandas Chandra. (RM)

You may also like