Ada Apa Dibalik Gerakan Sosial?

by Editor Muh. Asdar
0 comments

OPINI, BB — Gerakan sosial merupakan suatu aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan oleh sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.

Gerakan sosial juga memiliki imbas yang luar biasa bagi suatu Negara bahkan dapat merombak ulang seluruh tatanan pada suatu Negara dengan cara melenyapkan institusi-institusi yang lama dan mendirikan institusi yang baru. Menurut Anthony Giddens gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan.

Gerakakan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu gerakan sosial lama dan gerakan sosial baru. Corak gerakan sosial lama lebih bertumpu pada ekonomi-matrealis seperti gerakan buruh. Sementara gerakan sosial baru lebih berpusat pada tujuan-tujuan non materil. Gerakan sosial baru lebih menekankan pada aspek gaya hidup dan budaya dari hal-hal yang berorientasi ekonomi. Gerakan lingkungan, gerakan kemanusiaan atau kesejahteraan, gerakan perdamaian, dan gerakan feminisme merupakan contoh dari gerakan-gerakan sosial baru.

Ruang lingkup gerakan sosial terbagi menjadi dua yaitu gerakan revormasi dan gerakan radikal. Gerakan reformasi merupakan gerakan yang didedikasikan untuk mengubah beberapa norma, dan biasanya norma hokum. Sedangkan gerakan radikal merupakan gerakan yang didedikasikan untuk adanya perubahan sesegera mungkin terhadap sistem nilai dengan melakukan perubahan-perubahan secara substansial dan mendasar, tidak seperti gerakan reformasi.

Gerakan sosial juga bertumpu pada tantangan yang berkaitan dengan represi. Gerakan akan meningkat ketika represi juga meningkat. Selalu ada proses yang kreatif untuk menunjukkan tantangan itu, namun ketika sudah mulai melemah maka akomodasi dan negosiasi akan dilakukan. Semakin besar akomodasi semakin banyak tantangan yang masuk maka akan melonggar juga tuntutannya.

Salah satu gerakan yang paling bersejarah di Indonesia adalah gerakan mahasiswa 98 yang berhasil mengalahkan rezim saat itu dan merombak struktur tatanan politik negeri ini dari sistem pemerintahan yang otoriter menjadi lebih demokratis. Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 merupakan puncak gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an.

Gerakan ini menjadi monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjadi presiden republik Indonesia. Namun dibalik gerakan tersebut menyisakan luka yang mendalam bagi bangsa ini dan tidak dapat dilupakan begitu saja karena sepanjang aksi unjuk rasa itu menelan empat korban yang tertembak pada bagian organ vital oleh aparat kepolisian yang dikenal dengan Tragedi Trisakti. Meski gerakan mahasiswa 1998 berhasil melengserkan Soeharto dari jabatannya sebagai presiden republik Indonesia, tetapi nyatanya masih sering terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa yang mengakibatkan terjadinya Tragedi semanggi.

Sebagian besar aktivis 98 kini telah menjabat sebagai bagian dari rezim pemerintahan saat ini dan tidak menutup kemungkinan mereka juga akan melakukan hal yang sama dengan pendahulunya sebab dikendalikan oleh suatu sistem. Para aktivis yang dulu dengan lantang dan berani mengkritik pemerintahan yang berkuasa saat itu kini justru merekalah yang di kritik oleh aktivis-aktivis saat ini, entah itu merupakan kritik yang bersifat membangun atau justru memang kritik untuk melengserkan, dan tidak menutup kemungkinan bahwa siklus ini akan terjadi terus menerus.

Dewasa ini, gerakan-gerakan sosial masih masif dilakukan oleh para aktivis, baik itu aktivis dari serikat buruh maupun mahasiswa yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi atau justru hanya ingin sekedar eksis. Belakangan ini gerakan sosial dilakukan bukan saja karena ideologi tetapi lebih kepada kesadaran idenditas.

Sebagian aktivis saat ini atau yang bisa juga kita katakan sebagai aktivis milenial berlomba-lomba mempelopori gerakan sosial untuk mendapatkan eksistensi atau pun mempertahankan eksistensinya demi melancarkan karir politiknya dikemudian hari. Bahkan tidak jarang untuk menyukseskan aksi gerakan sosialnya terkadang ada juga berbagai pihak yang menyewa atau membayar sekelompok massa dalam untuk berpartisipasi dalam aksi gerakan sosialnya.

Ditengah pandemi Covid-19 ini, aksi gerakan sosial berupa bagi-bagi sembako dan masker lagi marak-maraknya dilakukan oleh berbagai pihak atau kelompok, baik dari kalangan mahasiswa, instansi Negara maupun swasta, dan pihak lainnya. Namun ditengah-tengah situasi pandemi global ini, tidak dapat dipungkiri juga bahwa ada sebagian pihak atau kelompok yang memanfaatkan situasi seperti ini untuk meraih status eksistensinya dengan berkedok gerakan sosial. Sungguh ironis rasanya jika masih ada saja beberapa pihak yang memanfaatkan dan mempolitisasi kondisi saat ini ditengah pandemi global yang sedang terjadi.

Dibalik semua itu kita harap semoga pandemi ini cepat berlalu agar kita semua bisa menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa sebelum adanya pandemi ini.

Biodata Penulis,
Nama : Zulfahri
Mahasiswa Sosiologi Fis UNM

You may also like