JATENG, BB – Virus corona (covid-19) yang mewabah di Indonesia tidak hanya menyerang manusia hingga sakit, namun juga menginfeksi dunia industri. Di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) misalnya, banyak pekerja yang harus gigit jari akibat mendapat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaannya tempat kerjanya.
Pihak perusahaan terpaksa melakukan PHK lantaran produksi mereka terhenti akibat covid-19.
Dari data diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah, hingga Sabtu, 2 Mei 2020, sebanyak 50.563 pekerja di Jateng mengalami PHK maupun dirumahkan. Kendati sebelumnya, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menghimbau perusahaan yang ada di Jateng menghindari PHK.
Namun di tengah kesulitan akibat pandemi covid ini, pihak perusahaan rupanya tak bisa bertahan sehingga keputusan PHK menjadi jalan alternatif mereka tempuh.
Yang menggemberikan dibalik PHK tersebut, karena tak sedikit pekerja korban PHK berusaha bangkit dan melanjutkan hidupnya.
Halnya yang dijalani oleh Daryatni (40). Warga Boyolali, Jateng ini sudah sebulan dirumahkan perusahaannya tanpa penghasilan. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dia harus banting setir memproduksi masker. Sekaligus memanfaatkan mesin jahit yang menganggur di rumahnya.
“Saya memproduksi dua jenis masker kain, yakni masker satu lapis dan dua lapis. Masker ini dijual seharga Rp3.000 – Rp 4.000 per lembar,” ujar Daryatni dihubungi via telepon seluler, Minggu, 3 Mei 2020.
Selain Daryatni, Sutopo juga mengalami nasib serupa. Demi memenuhi kebutuhan keluarganya, dia terpaksa ikut membantu mertuanya menjadi pemborong bangunan. Sutopo sebelumnya ahli mekanik di salah satu perusahaan swasta. Ia di PHK karena perusahaannya terdampak akibat covid.
“Iya dari pada nganggur terpaksa ikut mertua bangun rumah, gedung dan lainnya,” terang Sutopo yang sudah memiliki dua anak.
Sebelumnya Gubernur Jateng berharap warganya yang korban PHK atau dirumahkan agar tidak sepenuhnya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Akan tetapi sebaiknya jika mereka yang terdampak covid-19 pun berusaha untuk bertahan hidup.
“Kalau hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, tidak akan pernah cukup. Kita harus berusaha agar tetap survive,” kata Ganjar. (Rahmat)