Akbar bersaman anak-anak taman baca Nurul Jihad
SINJAI, BB — Pendidikan adalah kunci, filter dan akselerator perubahan yang konstruksional. Inilah yang menjadi landasan berpikir Akbar.G atau yang lebih akrab di sapa Emil (25), seorang pemuda desa anak petani dari pasangan suami-isteri Gassing dan Jinne.
Akbar G selaku Pemuda lulusan STISIP Muhammadiyah Sinjai jurusan Ilmu Pemerintahan Tahun 2018 ini membangun sebuah Taman Baca Masyarakat pada tahun 2014 yang diberi nama Taman Baca Nurul Jihad Parang Bebbu. Taman Baca yang diharapkan kelahirannya bisa menjadi lembaga yang merubah masyarakat yang terbelakang pendidikan menjadi masyarakat yang cerdas, berbudaya, dan bermartabat dalam berpikir.
“Mengingat di lingkungan Parang Bebbu, dimana mayoritas pendidikan penduduknya adalah tamatan Sekolah Dasar sehingga pencarian utama mereka adalah bertani. Tak hanya itu, serangan teknologi gadget yang membabi-buta membuat anak-anak kecanduan game online menjadi faktor lain menjadi embrio Taman Baca ini ada” kata Akbar.
“Sungguh miris dan memilukan hati melihat lingkungan saya tumbuh dan berkembang, terbelakang di bidang pendidikan. Faktor pendidikan yang amat rendah di lingkungan kami menjadi pemantik untuk menyediakan sebuah wadah yang bisa memfasilitasi mereka dalam upaya mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi” jelas Akbar, selaku Founder Taman Baca Nurul Jihad Parang Bebbu. Selasa,17/22.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa gebrakan baru ini ada untuk mengembangkan minat kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta mendaya gunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan, memupuk bakat dan minat masyarakat, dan sebagai wadah silaturahmi antar masyarakat.
Sementara itu, masyarakat setempat mengapresiasi dengan adanya TB Nurul Jihad Parang Bebbu.
“Alhamdulillah, kami merasa terbantu sekali dengan adanya lembaga non formal TB Nurul Jihad Parang Bebbu. Anak-anak kami memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar bersama. Mereka juga sedikit demi sedikit, tidak menjadi lagi budak gadget tapi lebih kepada menjadi budak buku”, ungkap Herman salah seorang warga Parang Bebbu. (Karim/ojeng)