Siswa SMPN 5 Soppeng Jadi Korban Penganiayaan di Sekolahnya

0 comments

SOPPENG, BB — Tak terima anaknya dianiaya dan dikeroyok, Orang tua korban Andi Ar (46) warga lawo, Kabupaten Soppenga, akhirnya melapor ke Polres Soppeng Selasa siang (19/2/2019) beberapa waktu lalu.

Ir (14) yang merupakan siswa SMPN 5 Soppeng, jadi korban penganiayaan dan pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh kakak kelasnya terjadi pada hari Kamis 14 Februari 2019 sekira pukul 10.00 WITA

Penganiayaan dan pengeroyokan terjadi di dalam kelas 7b SMPN 5 Soppeng, dan dua diantara 7 pelaku berasal dari luar lingkungan sekolah, kedua pelaku diduga pemuda putus sekolah yang kerap nongkrong di kantin sekolah terutama saat jam istirahat pelajaran.

Mengetahui kejadian tersebut orang tua korban sangat menyesalkan peristiwa yang menimpa putranya. Pasalnya penganiayaan dan pengeroyokan terjadi dalam ruang kelas belajar yang semestinya steril dari tindak kekerasan.

“Mestinya ini tidak perlu terjadi jika pihak sekolah memiliki sistem pengamanan sekolah apalagi kejadianya didalam kelas dan pelakunya orang luar. Kok bisa orang luar, leluasa masuk dilingkungan sekolah, bahkan melakukan penganiayaan dalam kelas, kemana para guru pada saat itu, dimana tanggung jawab sekolah,” ketus orang tau korban.

Tidak terima perlakuan tersebut, Ia pun membawa permasalahan ini kerana hukum, “saya tak ingin anak saya menjadi korban sia-sia, pelaku penganiayaan harus bertanggung jawab, selain memberikan efek jera, saya tidak ingin peristiwa ini terjadi lagi, baik terhadap anak saya maupun siswa-siswi lainya,” tegasnya.

Sementara Plt Kepala Sekolah SMN 5 Soppeng Lamiri S.pd saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa penganiayaan dan pengerokan yang terjadi di sekolahnya

“Benar pak salah satu siswa kelas 7b dianiaya dan dikeroyok oleh 7 orang didalam kelas,” kata Lamiri, rabu (20/2/2019)

Hal ini kata Lamiri sudah ditangani oleh guru BK dengan memanggil siswa yang terlibat, “Semua siswa sudah dipanggil dan dibuatkan pernyataan bahwa mereka mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi,” ucapnya.

“Pihak sekolah juga menyesalkan adanya kejadian ini, dan lima orang yang diduga pelaku memang siswa SMPN 5, namun dua pelaku lainya bukan dari sini (siswa SMP 5-red),” jelasnya.

Lamiri juga mengakui adanya pihak lain yang masuk kedalam sekolah dan ikut melakukan pengeroyokan, karena fungsi keamanan sekolah yang belum maksimal.

“Tentu kami tidak bisa mengontrol secara keseluruhan siapa-siapa yang datang, selain belum memiliki keamanan sekolah, pagar sekolah bagian samping dan belakang juga belum ada,” tambahnya.

Namun demikian dengan adanya peristiwa pengeroyokan ini pihak sekolah berjanji untuk segera mengevaluasi, terutama sistem keamanan dan lebih menekankan disiplin dan tata tertib sekolah

“Kami berharap sekolah kami mendapat perhatian dari pemerintah khususnya dinas terkait untuk segera membangun pagar karena ini menyangkut keselamatan siswa,”tutupnya. (AB)

Editor : Muh. Asdar

You may also like