SINJAI, BB — Sudhas Rishal Sawil, kerap di panggil Sudhas adalah seorang advokat muda di bawah naungan Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi). Lelaki bertubuh ceking itu banyak mengagumi kisah-kisah. Bahkan Ia suka bacaan-bacaan Sastra dan Sejarah.
Pemuda asal kecamatan Bulupoddo, kabupaten Sinjai ini menerjemahkan kegelisahannya di atas kertas. Kegelisahan itu dicatatkan dalam beberapa karya berupa esai, puisi, dan diari. Ia adalah penulis, sekaligus budayawan muda.
Tahun-tahun ketika ia duduk di bangku kuliah, dirinya mulai menerjemahkan setiap kejadian. Ia mulai mengupas sisi tentang hidup manusia yang berbeda. Cerita paling menyedihkan dalam hidupnya ketika ia bertemu dengan seorang wanita malam yang dikejar-kejar petugas razia. Wanita malang tanpa ijazah yang menghidupi orang tuanya yang lumpuh di dalam gubuk. Kisah itu kemudian ia tuangkan dalam Bukunya “Delapan Belas Musim”. Sebuah sholiloqui tentang cinta, kegelisahan, dan narasi perjuangan.
Pada masa yang sama, ia mulai membentuk komunitas-komunitas sastra bersama mahasiswa yang berangkat dari lintas kampus. Ia membentuk Forum Kajian Sastra dan Budaya, Komunitas Pecinta Sastra, dan ikut serta dalam Komunitas Pasir. Ia kerap membaca puisi, membedah buku maupun karya-karya Susastra dan secara rutin melakukan kajian-kajian konstruktif.
Sudhas menulis Buku pertamanya yang berjudul ‘Pusara Langit’, sebuah antologi yang banyak menuliskan sajak-sajak dan esai tentang pergerakan. Ia menceritakan bahwa pergerakan aksi demonstrasi tidak lagi menarik. Pergeseran sistem perjuangan mahasiswa dan pemaknaan tentang demonstrasi tidak lagi sepenuhnya berdimensi intelektual. Ia menyaksikan puluhan aksi-aksi yang dibayar oleh segelintir orang. Suara dan keringat yang peluh tuntas di bawah meja. Kidung-kidung perjuangan hanyalah kalimat-kalimat yang lahir dari kehampaan, dinyanyikan untuk menjembatani sebagian mahasiswa untuk dekat dengan elit.
Organisasi dalam hidupnya banyak-banyak berperan, tetapi organisasi baginya tidak menjadi alasan untuk menyelesaikan kuliahnya dalam kurung waktu 3 tahun 6 bulan dengan predikat cum laude untuk program Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia.
Setelah selesai, ia bergairah menggeluti dunia Pengacara. Tetapi ketertarikannya dengan dunia penulisan tidak pernah usai. Ia kembali menerbitkan Buku yang berjudul ‘Pemimpin dari Langit’, sebuah mitologi atas kepercayaan orang bugis tempo dulu yang menceritakan tentang pemimpin yang diturunkan dari langit (To Manurung) ataukah pemimpin yang muncul dari dalam air (To Tompo).
Bersama Budayawan Sinjai, ia dirikan Komunitas Sejarah Sinjai. Sebagai bentuk gagasan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kebudayaan serta menyelamatkan karya-karya sastra kuno yang ada di Sinjai untuk diterjemahkan kembali.
Sudhas juga adalah salah satu Dewan Pendiri Lembaga Bantuan Hukum Sinjai Bersatu. Bersama pengacara litigasi dan non litigasi, LBH Sinjai Bersatu sejauh ini banyak memberi kontribusi positif dalam proses pendampingan hukum di Sinjai maupun di luar Sinjai.
Berbekal pengalaman dan karyanya selama ini Sudhas membulatkan niat untuk mengabdikan dirinya kemasyarakat, dengan maju di bursa Pemilihan Legislatif 2019, melalui Daerah pemilihan (Dapil) 1 yang meliputi Kecamatan Sinjai Utara, Bulupoddo dan Pulau 9.
“Insya Allah dengan niat yang tulus, Bismillah saya maju di Dapil 1 yang meliputi, Bulupoddo, Sinjai Utara dan Pulau 9,” katanya, selasa (06/11/2018).
Pria yang berlatar belakang pengacara ini mengendarai Partai Persatuan Pembangunan (PPP). “Iya, benar saya maju lewat partai PPP, semata hanya ingin mewakafkan diri mengabdi dimasyarakat, tanpa ada tendensi lain,” tambah pengurus Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Sinjai Bersatu itu.
Di kalangan aktivis sendiri, Sudhas bukanlah orang yang tak asing lagi. Sepakterjang sebagai aktivis semasa kuliah membuat ia disegani dikalangan mahasiswa, beliau sering terjebak dalam aksi demonstrasi tentang kebijakan pemerintah yang dianggap Keliru. (Asrianto)
Editor : Supardi