PAREPARE — Korban gempa bumi dan tsunami Sulteng, mulai berdatangan di Kota Parepare.
Mereka menempati sebuah rumah di Jalan Mattirotasi (eks Sekretariat Partai Demokrat). Saat tiba, mereka terlihat kecapeaan dan tak banyak bicara. Raut wajahnya terlihat lelah setelah menempuh perjalanan jauh selama 3 hari, 3 malam.
Korban gempa dan tsunami Sulteng, Mamin, mengaku memilih meninggalkan Kota Palu hanya sementara, karena masih mengalami trauma. Saat terjadi gempa, dirinya berada di luar rumah.
Mamin mengaku, menyaksikan jalan bergerak seperti ular, lalu terangkat hingga lima meter, membuat rumah warga roboh dan tertimbun tanah.
“Saya bersyukur istri dan anak saya bisa diselamatkan. Kemudian naik mobil menuju Sulbar, hingga akhirnya bertemu tetangganya menuju Kota Parepare,” katanya.
“Saya stres, nyetir selama tiga hari, tiga malam, kami hanya makan mi instan. Untung ada madu, saya berikan madu kepada anak saya,” katanya.
Anggota DPRD Kota Parepare, Andi Nurhanjayani yang menyediakan tempat tinggal bagi korban gempa dan tsunami Sulteng, mengaku, prihatin dengan kondisi yang dialami. Mereka perlu diberikan pemulihan trauma (trauma healung) bagi anak-anak yang menjadi korban.
Menurutnya, peristiwa traumatik seperti bencana alam membuat para korban rentan terkena gangguan stres. Solusi sementara diberikan pemulihan trauma agar mereka bisa melupakan kejadian yang di alami.
Puang Anja, begitu ia disapa berharap, kondisi Palu, Sigi, dan Donggala segera pulih kembali dan warga kembali bisa beraktivitas.
“Kita doakan mereka semoga, musibah bencana alam ini segera berakhir,” ujarnya, Jumat (12/10/2018) saat ditemui di kediamannya di Jalan Mattirotasi. (Udin)