Acara ‘Ma’rimpa Salo’ Disorot Sejumlah Tokoh Masyarakat Sinjai

0 comments

SINJAI — Acara ritual tahunan ‘Ma’rimpa Salo’ dikabupaten Sinjai yang akan digelar ditahun ini mendapatkan sorotan keras dari sejumlah tokoh masyarakat di Kabupaten Sinjai.

Sorotan itu, Seperti disampaikan oleh ketua KNPI kecamatan Sinjai Utara, Rola Suryanama, Ia menegaskan jika penolakannya tekait ritual ‘Ma’rimpa Salo’ karena dianggap berpotensi akan melunturkan akidah.

“Jadi kami tegaskan kepada pemerintah kabupaten sinjai dalam hal ini bupati sinjai Andi Seto Gadhista Asapa, untuk membatalkan acara ritual ‘Ma’rimpa Salo’ tersebut karena dikhawatirkan dalam kegiatan tersebut menciptakan nuansa sirik diluar ketentuan ajaran agama Islam,” tegasnya, minggu (07/09/2018).

Hal senada yang juga disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat kabupaten Sinjai, Abdul Hakim Amar, Ia melihat bahwa ritual ‘Ma’rimpa Salo’ ini perlu ditinjau ulang karena dalam ritual itu terindikasi mengandung syarat diluar dari ketentuan ajaran islam.

Menurutnya, Hakim sapaan akrab dari ketua IPTI Ikatan Pemuda Tarbia Indonesia ini menilai bahwa kegiatan ritual ini lebih banyak mendatangkan mudharat dibandingkan kaedahnya. “Jadi lebih baik dikaji ulang kembali kegiatan tahunan ini seperti “Marrimpa Salo’ ini karena tidak sama sekali bernilai budaya,” tandasnya.

Untuk diketahui, bahwa pesta rakyat ‘Ma’rimpa Salo’ rencananya akan digelar bulan ini Oktober 2018. ‘Ma’rimpa Salo’ sendiri bermakna sebagai suatu bentuk kegiatan menangkap ikan air tawar (sungai) dengan jalan menghalau ikan dari arah hulu sungai menuju muara.

Kegiatan ini dilakukan secara bergotong royong pada Dau Desa (Karuan dulu) sebagai ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala bentuk keberhasilan Lao Ruma (panen padi) maupun keberhasilan Mappaenre Bale (panen ikan) setiap tahunnya.

Ma’rimpa Salo pada zaman dahulu kala, merupakan pesta rakyat kerajaan khususnya dalam lingkungan kerajaan Sanjai dan Kerajaan Bua. Pesta rakyat ini dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua lapisan masyarakat sehingga sering juga disebut Mappaenre Sihanua. (Red)

Editor : Supardi

You may also like