Eksploitasi yang berlebihan, Ekologi Mulai Mengancam Sidrap

0 comments

SIDRAP — Gunung Allakuang yang ada di Kabupaten Sidrap akan mengancam warga sekitar jika eksploitasi yang berlebihan dan sangat rawan mencetus bencana ekologi.

Muhammad Al Amin, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel, mengatakan Pemprov Sulsel semestinya sudah mengambil langkah tegas.

Apalagi eksploitasi di Gunung Allakuang, Sidrap , sudah merusak lingkungan. Bencana ekologi yang mungkin muncul, seperti banjir, tanah longsor, dan bahkan krisis sumber air.

“Masyarakat sekitar hanya jadi korban. Sumber air terancam hilang, polusi udara, jalanan rusak, dan kebisingan,” ungkap Al Amin.

Apalagi, Allakuang tahun lalu sudah pernah dilanda banjir yang cukup parah. Kata Amin, ini akibat daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah rusak akibat pertambangan. Ini mestinya sudah jadi pertimbangan besar.

“Aktivitas tambang harus disetop sebelum bencana lebih besar nanti,” tegasnya.

Pihaknya menyayangkan sikap Pemprov yang tunduk kepada kepentingan bisnis. Dengan berbagai fakta pelanggaran, izin tambang CV Wander mestinya sudah dicabut. Bukan malah diberikan kelonggaran.

“Ini kan ganjil. Walhi sedari awal bersikap tegas, tak ada kompromi untuk siapapun yang merusak lingkungan. Pemprov jangan menutup mata terhadap fakta,” terangnya.

Picu Gempa

Dosen Vulkanologi dan Tektonik Unhas, Kaharuddin MS mengatakan selain terancam kehilangan situs geologi, eksploitasi Gunung Allakuang juga akan berdampak besar pada ketersediaan air. Kawasan pegunungan dan perbukitan Allakuang merupakan daerah resapan hujan dan pemicu hujan.

“Bila kawasan gunung rusak, potensi air tanah dan air permukaan terancam hilang. Jadi eksploitasi harus dihentikan total. Pemkab Sidrap jangan tutup mata,” terang pria asli Rappang ini.

Kata dia, sesuai penelitian, Gunung Allakuang terbentuk dari susunan balok-balok batuan yang ideal dan unik. Terbentuk dari pendinginan aliran lava. Menumpang di atas batu pasir yang rapuh tanpa akar. Jadi bila digali terus menerus, bisa rubuh. Bahkan, menimbulkan gempa.

“Miris sekali melihat kondisi Allakuang sekarang. Padahal tahun 1980-an, gunung dan bukit-bukitnya masih tersambung,” keluhnya.

Warga sekitar, Ramli mengaku potensi air tanah di sekitar Allakuang memang sedikit mengkhawatirkan. Dahulu saat kemarau datang, debit air sama sekali tak terganggu saat dipompa untuk keperluan sehari-hari atau irigasi.

“Sekarang debitnya sedikit menurun. Entah apa penyebabnya,” terangnya.

Dia juga mengakui, pada Mei 2017, Desa Allakuang juga sempat terendam banjir. Saat itu Bupati Sidrap, Rusdi Masse turun langsung memantau kondisi banjir. Bahkan, banyak rumah warga terendam.

Lepas Tangan

Kadis ESDM Sulsel, Gunawan Palaguna mengaku sudah turun meninjau lokasi tambang. Dia mengaku disambut bak raja. Beberapa perwakilan kelompok yang melakukan aktivitas tambang meminta agar tambang tak ditutup.

“Ya, terpaksa kami beri izin. Apalagi, kepala desa (kades) setempat juga mengintervensi warga agar tetap dilanjutkan. Jangan salahkan saya juga. Karena ini ada peran PTSP sebenarnya,” elaknya.

Pemerintah Diam

Tokoh masyarakat Sidrap, Aris Asnawi bilang warga sekitar tambang justru sebenarnya kini sisa menikmati debu. Imbas dari pabrik batu yang banyak dibangun.

Debu dari puluhan truk yang lalu lalang setiap saat mengangkut potongan batu dan tanah timbunan. Gunung Allakuang tak sama seperti dulu lagi. Nyaris tinggal cerita.

“Truk-truk merusak jalanan. Membuat debu beterbangan. Dihirup warga. Padahal tak baik bagi kesehatan. Sekali lagi pemerintah tidak boleh diam,” tegasnya.

Aris menambahkan Gunung Allakuang kini tak lagi jadi berkah bagi warga sekitar. Semua sumber daya alam di kawasan Gunung Allakuang sudah dicaplok dan dikuasai segelintir pemilik modal. Batu dan timbunan ditambang dan diangkut keluar Sidrap.

“Usaha cobek dan batu nisan sisa segelintir warga yang jalankan. Batu-batunya sudah diangkut keluar si pemilik modal,” keluh Pengurus Pusat Ikatan Kekerabatan Masyarakat (IKM) Sidrap tersebut.

Penulis : Udin

Editor : Muh. Asdar

You may also like