MAKASSAR — Kemajuan teknologi di era dewasa ini, khususnnya di bidang transportasi terus mengalami peningkatan. Di daerah kota Makassar, misalnya, kemajuan ini terlihat dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang ada dan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Kemajuan ini juga seiring dengan meningkatnya populasi penduduk perkotaan, Aktivitas kerja masyarakat kota yang tinggi, sangat bergantung pada sarana transportasi. Kemajuan di bidang transportasi dapat dilihat berdasarkan data statistik di Indonesia. Sejak 2010 sampai Juni 2016 peningkatan kendaraan roda dua sebesar 90,98%.
Dengan meningkatnya perkembangan alat transportasi dijalur darat, khususnya jalan raya telah menimbulkan akumulasi polutan yang berdampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup.
Menurut penelitian pemakaian face mask dapat mengurangi dampak dari polusi udara, fungsi paru-paru mereka yang menggunakan face mask lebih baik bila dibanding mereka yang tidak memakai masker. Sehingga Masker saat ini adalah salah satu kebutuhan dikarenakan banyak polusi udara yang bertebaran dimana mana.
Masker pada umumnya tidak memiliki lapisan adsorben yang mampu menyerap secara optimal polutan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat polusi udara tercatat mencapai 40% dari total kematian didunia.
Berangkat dari data empiris tersebut Abdul Rahman yang kini mengenyam pendidikan di Universitas Hasanuddin Makassar, jurusan kimia mencoba melakukan terobosan inovasi dengan membuat masker berbahan dasar bulu ayam yang mampu menyerap polutan berbahaya dari kendaraan bermotor.
Masker ini dinamakan MASKER BUAYA (MASKER SISTEIN A-KERATIN BULU AYAM). Ide ini berhasil mendapatkan dana hibah Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Kemenristekdikti tahun 2018 dengan Ketua Tim Abdul Rahman dibawah bimbingan Bapak Abdur Rahman Arif.,S.Si.,M.Si yang merupakan dosen di Departemen Kimia.
Menurut Abdul Rahman, pemanfaatan bulu ayam sebagai bahan dasar masker dikarenakan bulu ayam juga menjadi salah satu problem yang mencemari lingkungan karena sulit terdegradasi dan mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan bertambahnya peternakan ayam.
“Ternyata dibalik sifat sulit terdegradasi, bulu ayam kaya akan protein sistein alfa- keratin yang memiliki potensi sebagai penjerap polutan kendaraan bermotor,” Ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, tindak lanjut dari hasil penelitian ini didorong sampai pada tahap publikasi pada jurnal ilmiah, dan pengajuan paten sederhana untuk inovasi produk masker buaya (bulu ayam) yang dihasilkan. “Semoga kedepannya masker buaya ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan polusi udara bagi masyarakat luas,” harapnya.
Diketahui, dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan efektivitas masker buaya memiliki kelebihan dalam mejerap CO sebesar 39,4% sedangkan masker biasa hanya 17,7% atau dua kali lipat lebih efektif. Untuk gas NO efektivitas masker buaya dalam menjerap sebesar 46% sedangkan masker biasa sebesar 8% atau 5 kali lipat lebih efektif. Untuk gas NOx efektivitas masker buaya dalam menjerap sebesar 44,3% sedangkan masker biasa hanya 16,4% atau dua kali lipat lebih efektif. (**)
Editor : Supardi