PAREPARE– Pria kelahiran Parepare 15 April 1962 ini meninggalkan kampung halamannya (Parepare) saat berusia 4 tahun. Saat itu ibunya menyusul sang ayah yang terlebih dahulu ada di Surabaya.
Ayah Lukman Ladjoni mengelola bisnis angkutan darat, namun mengalami kebangkrutan pada 1973. Saat itu Lukman masih duduk di bangku SD. Pada saat Ladjoni duduk di bangku kelas dua SMA, ayahnya meninggal.
Ladjoni terpaksa bekerja untuk membantu membiayai kebutuhan sekolah dua adiknya serta mengasapi dapur keluarganya. “Waktu itu, saya bekerja sebagai penghitung barang di pelabuhan,” ungkapnya.
Bekerja di kawasan pelabuhan Surabaya, membuat Ladjoni memiliki banyak kenalan. Pada 1980-an, Ladjoni membuat usaha ekspedisi “kaki lima” dengan kantor di atas motor. “Hanya berbekal surat-surat, saya datang ke pelabuhan dan transaksi dilakukan di atas motor selesai,” ujarnya.
Pada 1988, ayah Annisa Al A’raf , Ramdani Qodri Akbar, Qolbiah Aini, dan Fatimah Rahmatullah ini, kemudian membuat badan usaha bongkar muat dengan nama CV Bakti Keluarga. Nama tersebut, kata dia, diambil dari landasan dia berusaha karena rasa baktinya kepada keluarga.
Dalam menjalankan usahanya, Ladjoni senantiasa berpatokan pada pesan ayahnya, yakni orang Bugis di mana-mana menjadi pionir dengan dua hal, “taro ada taro gau” (satu kata dan perbuatan), juga “resopa temmangingngi malomo naletei pammase dewata” (hanya kerja keras disertai doa yang akan diberkahi oleh Tuhan). “Dua pesan itulah yang menjadi spirit saya dalam bekerja,” ungkapnya.
Pada 1997, Ladjoni mendirikan perusahaan pelayaran bernama “CV Surya Bintang Timur”. Awalnya, Ladjoni hanya menyewa kapal, namun pada 2002 dirinya berhasil membeli satu kapal. “Sekarang saya sudah memiliki lima kapal kargo, dan dua kapal perintis,” kisahnya.
Selain perusahaan pelayaran, Ladjoni juga memiliki usaha kapal keruk di Surabaya bernama PT Surya Telaga Luhur. Selain itu, Ladjoni juga memiliki perusahaan konstruksi bernama PT Pilaren yang didirikan pada 2001. Perusahaan konstruksi tersebut, lanjut suami Hj Kasmawati Palureng ini, khusus menangani pembangunan bandara.
Ladjoni juga pernah diminta beberapa Tokoh masyarakat Parepare untuk mencalonkan diri sebagai walikota. Menurut Ladjoni dirinya siap jika masyarakat menghendaki. Menurutnya, dia punya obsesi untuk menjadikan Parepare sebagai Singapura mini.
“Saya tidak ambisius, tapi kalau masyarakat menghendaki saya siap. Yang jelas, karakter kepemimpinan pengusaha sudah teruji pada diri JK, antara lain tidak pernah ragu-ragu dalam mengambil keputusan,” pungkasnya.
Harapan dan obsesi Lukman Ladjoni untuk Kemajuan Kota Parepare tidak pula akan pernah hilang walau tak jadi seorang calon walikota dan kini Beliau Hadir Berdiri Diatas Panggung Kampanye Taufan Pangerang untuk menyampaikan bahwa demi Kemajuan Kota Parepare ; “kita tetapkan satu hati dan satu harapan, menuju satu pilihan yakni Taufan Pawe Kembali Kita Percayakan Menjadi Walikota Parepare,” pesannya. (Udin)
Editor : Supardi