‎Waw..! Sudah Dua Abad Setengah, Sungai di Seberangi Pelajar Menentang Maut Ini tak Merasakan Jembatan

by Editor Muh. Asdar
0 comments

SINJAI — Demi untuk menimpa ilmu pendidikan di sekolah, pelajar Sekolah Dasar (SD), 193 yang merupakan warga Jenna dan Banoa, Desa Sukamaju, Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan ini, mereka antara hidup dan mati. Pasalnya merak pelajar untuk menuju ke sekolah harus melewati sungai. Namun yang cukup miris ketika dimusim hujan biasanya air sungai meluap mereka pelajar tersebut mau tak mau mereka menentang maut melawan arus.

Bagi pelajar yang tahu berenang mereka menolong rekannya yang tidak tahu berenang. Bahkan, beberapa kali bolak-balik ke sungai, meski pun itu waktu mengejar mereka pada jam sekolah. Tapi mereka berjuang menolong rekannya yang tidak tahu berenang.

Ada pula siswa untuk menyeberang ke sungai tersebut, selain harus berenang mereka menggunakan batang pohon pisang, kadang mereka basah kuyup dan baju sekolah yang dikenakannya kering dibadan, seperti inilah nasib pelajar ‎tepatnya di ‎Jenna dan Banoa, Desa Sukamaju, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai Sulawesi selatan.

Perjuangan siswa ini demi menimpa ilmu pendidikan sekolah mereka berjibaku dengan arus menentang maut jadi viral setelah di unggah lewat ‎media sosial (medsos), banyak pengguna medsos yang berkomentar miris. Pasalnya dilokasi tersebut sudah sepantasnya membutuhkan akses jembatan penyeberangan. Namun sejauh ini mereka warga disana belum menikmati akses jembatan penyeberangan. Dimana keadilan sosial bagi seluruh rakayat indonesia?

Nitizen juga mempertanyakan sikap kepedulian Pemerintah seperti komentar nitizen @ Irwan Pijat Sinjai ia mempertanyakan “knpa pemerintah diam saja dgn kondisi tersebut, tdk main2 lo ini generasi bangsa yg ingin menuntut ilmu, itu dulu yg hrus d utamakan krna sangat bahaya klu anak skolah hrus melawan arus lebbi mui iyaro dolo d jama nappa lainge,” tulis @Irwan Pijat Sinjai.

Begitupun nitizen lainnya @ Amie rm dalam komentarnya ‎”Siapa yg jdi bupati tolong diperhatikan dan dibuatkan jembatan penyeberangan demi tercapainya demi masa depan anak bangsa,” tulis@Amie rm.

Komentar lainnya @saenal salman dia mempertanyakan seperti yang ditulisnya ‎”Kenapa na berani skaliii ini warga sana…rasa emosi campur sedih, kecewa dan kesalll tinggat akut melihat pemandangan seperti ini.semoga saja tdk ada korban jiwa, amin…semoga pemerintah, Aparat dan masyarat setempat segera mendapatkan solusi tepat menangani kejadian seperti ini. untuk sementara klw bisa dihentikan saja aktifitas warga yg sangat menantang maut ini….,” tulis @saenal salman.

“Astagfirullah.. semoga pemimpin kedepan bisa mengalokasikan anggaran utk jembatan.,” tulis Gomes.

‎Selanjutnya nitizen memberi motivasi para pelajar, “Sungguh besar perjuanganmu nak, kalian rela mempertaruhkan nyawa demi menggapai cita2. semoga pemerintah memberikan perhatian untuk. pembangunan jembatan,amin,” tulis Taufik Yuppi.

Dalam video tersebut hampir semua nitizen menyoroti Pemerintah setempat. Pasalnya kurang memperhatikan generasi yang cukup serius menimpa ilmu pendidikan mereka pelajar tak pantang mundur dalam dunia pendidikan. Nah perihal inilah mereka generasi murni yang terus diberi motivasi karena mereka demi menimpa ilmu rela mempertaruhkan nyawanya.

‎Perihal yang dialami pelajar SD 193 yang menentang maut demi mengejar ilmu pendidikan dibenarkan salah seorang warga setempat bernama Hamka. Ia mengaku jika kampung Banoa sathu dirinya sejak 250 tahun silam warga dilokasi tersebut, tak pernah merasakan akses jembatan dari pemerintah.

“Setahu saya kampung itu sudah ratusan tahun tidak pernah ada kepedulian Pemerintah untuk membangun jembatan penyeberangan dilokasi perkampungan Banoa, hingga saat ini pelajar yang sekolah di SD 193 ketika beranjak ke sekolah mereka mau tak mau bagi pelajar yang diseberang sungai harus melewati sungai tersebut.Beruntung bila musim kemarau air sungai biasanya surut. Tapi jika musim penghujan, saat itulah pelajar menentang maut,” kata Hamka, Senin (28/5/2018)‎.

Mereka kata Hamka pelajar yang pandai berenang menolong rekannya yang tak tahu berenang, ada pula bagi yang sama sekali tidak tahu berenang mereka biasanya di pikul dengan rekannya. Bahkan, rekannya yang pandai berenang jadi sampan.‎

“Pelajar di pekampungan Banoa juga mereka ketika menyeberang biasanya menggunakan batang pohon pisang. Nah yang lebih miris lagi ketika pelajar tersebut berenang melawan arus, saat itulah mereka menentang maut. Itulah suka dan dukanya pelajar di Banoa,” beber Hamka.

Terpisah ‎Usman yang merupakan Kasubag Publikasi dan Hubungan Media, Bagian Humas Setdakab Sinjai, mengaku telah mengetahui video viral pelajar di Banoa Sinjai tersebut. Kata dia pihak Pemerintah Daerah menyikapi perihal tersebut. Hanya saja pihak Pemerintah Daerah harus turun kelokasi untuk mengetahui pasti.

“Jadi video viral pelajar SD 193 di Banoa Sinjai Tellulimpoe disana disikapi oleh Pemerintah Daerah. Hanya saja Pemerintah Daerah akan turun kelokasi berdasarkan video viral tersebut‎ yang kemudian hasil peninjauan akan dilakukan koordinasi ke pihak instansi terkait yakni pihak Dinas Pekerjaan Umum, Dinas pendidikan, Bappeda, Kecamatan dan pihak Kepala Desa. Intinya di sikapi lah,” tandasnya. (*)

Penulis : Palewai
Editor : Arjuna Sakti

You may also like