PAREPARE — Tagline “Parepare Menuju Kota Industri Tanpa Cerobong Asap” yang dikampanyekan oleh calon wali kota-wakil wali kota Taufan Pawe-Pangerang Rahim (TP) adalah konsep pembangunan kota metropolis.
Ketua Forum Komunitas Hijau (FKH) Parepare, Bakhtiar Syarifuddin menilai, hal itu sesuai dengan kondisi geografi dan demografi masyarakat Parepare untuk saat ini dan yang akan datang.
Menurut Bakhtiar, pembangunan dan penataan Kota Parepare empat tahun terakhir ini, telah memiliki magnet tersendiri bagi semua orang yang pernah menginjakkan telapak kakinya.
“Kota Parepare kini punya daya tarik untuk merengkuh kehidupan yang lebih baik, sehingga beberapa tahun ke depan arus urbanisasi penduduk yang mengalir ke Kota Parepare dipastikan berpotensi meningkat tajam,” kata Bahtiar, Kamis (22/3/2018)
Arus urbanisasi itu, kata dia, tentu tak bisa dicegah, namun sebaliknya arus penduduk yang datang itu justru harus dilihat sebagai suatu peluang untuk dikelola dengan benar dan tepat. Itu agar dapat menjadi kekuatan besar bagi pembangunan kota.
“Dengan urbanisasi yang terkelola dengan baik maka kami yakini kebutuhan dasar masyarakat terpacu, pembangunan sektor informal akan bergerak sehingga potensi membuka lapangan kerja baru akan tercipta,” terang salah satu tokoh masyarakat Parepare, ini.
Konsep pembangunan Parepare menuju kota Industri tanpa cerobong asap, lanjut dia, adalah konsep pembangunan kota bervisi lingkungan hidup.
“Konsep ini sangat tepat untuk dijadikan sebagai pedoman umum dan rencana induk pembangunan dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhan hidup masyarakat kota yang terbebas dari pencemaran,” imbuh Bakhtiar.
Sebagai masyarakat penggiat lingkungan hidup, dia sangat mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh atas program yang ditawarkan Paslon nomor urut 1 tersebut.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap perkembangan kota Parepare, Taufan Pawe dalam kepemimpinan terus mengembangkan berbagai sektor pembangunan.
Pembangunan infrastruktur, kata wali kota yang tengah cuti Pilkada ini, harus sejalan dengan pembangunan keumatan.
“Kita dalam membangun fokus dan konsentrasi pada perencanaan yang matang, tidak asal-asalan. Sehingga nanti hasil Pembangunan dinikmati oleh anak cucu kita kelak. Insya Allah, niat kami membangun dengan semangat pengabdian bukan kekuasaan,” tandas profesional hukum bergelar doktor (S3) ini. (Udin)
Editor : Supardi