Musim Barat dan Cuaca Ekstrim, Nelaya di Parepare Memilih Parkir Perahu

by Editor Muh. Asdar
0 comments

PAREPARE — Musim barat dan cuaca ekstrim yang melanda hampir semua wilayah pesisir di Sulawesi Selatan, tak terkecuali di Kota Parepare, nampaknya berimbas kepada nelayan untuk tidak melaut mencari ikan.

Mereka lebih memilih menjaga keselamatan jiwanya dengan kondisi gelombang tinggi yang harus dihadapinya saat mencari ikan. Seperti itulah yang dialami salah seorang nelayan yang berada di Sumpang Minangae, Kota Parepare.

Bahar, salah satu nelayan mengaku, lebih memilih memarkinkan perahunya daripada harus mengadu nasib di lautan dengan kondisi cuaca ekstrem seperti ini.

“Lebih baik tinggal perbaiki perahu dan jaring dulu dek.. dari pada saya tembus cuaca di musim barat ini, bahaya, cuaca begini ikan juga sedikit,” katanya, Minggu (24/12/2017).

Lelaki yang memiliki anak empat ini mengatakan, jika mata pencahariannya selama ini hanya dengan melaut. “Ini’ji yang saya kerja dek, tidak ada sampingan,” ujarnya.

Bahar pun harus bersabar selama sebulan, bahkan tiga bulan lamanya untuk bisa bebas turun melaut untuk mendapatkan ikan lebih banyak. Pasalnya, musim barat ini akan berlangsung hingga bulan Maret mendatang. “Biasanya musim barat tiga bulan, mungkin aktifitas normal kembali nanti dibulan April,” katanya.

Ia pun tak bisa berbuat berbuat banyak untuk menghidupi keluarganya dengan kondisi cuaca buruk ini. “Dengan mencari ikan di laut, kemudian di jual. Uang itu buat biaya hidup. Tapi kalau kondisi seperti ini, lebih baik parkir perahu dan perbaiki alat tangkap,” pungkasnya.

Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidayaan Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Parepare, DR Abdullah, yang dihubungi terpisah, Minggu (24/12/2017). mengatakan, kondisi cuaca buruk ini memang ada imbauan agar nelayan-nelayan kecil yang berdomisili diwilayah pesisir agar tidak turun melaut.

“Kalaupun turun melaut, tapu jangan sampai keluar jauh,” katanya.

Abdullah pun tidak menampik, jika pendapatan ekonomi bagi nelayan kecil dari hasil tangkapan dengan kondisi cuaca buruk memang berdampak. “Biasanya saya lihat ditempat pelelangan ikan, kalau nelayan kecil hasil tangkapannya hanya dua keranjang atau sekitar 20 kilogram saja saat cuaca normal. Tapi karena kondisi cuaca buruk, tangkapan ikan menurun bisa saja satu keranjeng atau berkisar 10 kilogram saja,” katanya.

Dia menyebutkan, berdasarkan data hasil tangkapan tahun 2016 mencapai sekitar 4.572 ton. Itu sudah termasuk tangkapan hasil nelayan besar maupun kecil.

“Kalau diratakan tangkapan perbulannya ada sekitar 381 kilogram,” jelasnya.

Dia mengatakan, jumlah nelayan tangkap ada sebantak 48 kelompok dari seluruh pesisir di Parepare. Para nelayan itu juga mendapatkan asuransi dari pemerintah.

“Kalau ada kecelakaan di laut hingga meninggal dunia ada santunan 200 juta, tapi kalau cacat ada hitungannya tersendiri,” ujarnya. 

Mesku begitu, kondisi cuaca ekstrem ini para nelayan tetap diimbau untuk waspada dan berhati-hati. “Antisipasi pendapatan nelayan, memang direncanakan ada program pendampingan untuk rumah ikan bagi kelompok nelayan kecil. Ini program nasional,” pungkasnya. (Udin)

Editor : Supardi

You may also like