Oleh : Fajaruddin (Murid/Siswa SDN 11 Kota Parepare)
Sukma ku menangis, ujung tombak berdarah menembus relung hati
Pikiran ku tertuju tembok hitam nan mengerikan di sekeliling
Kini, mulut-mulut yang peduli akan hidup mati bangsa berbusa-busa
Namun, tiada satupun ucapanya yang berarti
Pohon-pohon Bornea tak lagi sudi mati sia-sia
Tubuhnya diolah dipenuhi warna-warna imbauan dan larangan akan barang haram yang menggiurkan itu.
Tapi mengapa ia tak dihiraukan?
Seluruh pelosok negeri seakan memalingkan wajah darinya…..
Intan berisi racun itu meracuni hati pemuda-pemudi negeriku
Di desa, di kota, yang tua bahkan yang muda semuanya sama
Tunas tunas yang pertiwi nanti untuk mekar dengan gagahnya
Ternyata layu bahkan sebelum ia berkecambah
Daku mencari siapa gerangan ? dalang runtuhnya nasionalisme mutiara khatulistiwa?
Hingga pikir ini tersesat, berhargakah merah putih bagi pemilik tanah dan langit
Indonesia yang terjebak surga piluh itu?
Wahai kalian yang dilahirkan di tanah suci ini, ingatlaj teriakan merdeka!
Sebelum merdeka itu musnah, tataplah garuda perkasa itu
Ku mohon, tanamkanlah benih-benih harapan diatas tanah gersang ini
Abaikan, lalu hapuskan segenap ilusi, nafsu bahkan pikiranmu atau secuil materi yang siap menggrogoti tubuh itu
Kembalikan senyum bung Karno bersama berkibarnya merah putih yang diiringi
Indonesia raya
Nyalakan semangat mu bagai obor penerang masa revolusi mental
Ku yakin, ku percaya Kelak kita mampu mengisi kehampaan ini
Bahkan generasi 45 akan bangga pada cucu-cucunya kelak
Marilah mengisi kemerdekaan ini bebas dari Narkoba
Dengan tumbuh bersama mengembalikan semangat kemerdekaan
Jadilah generasi pemberani untuk meraih kemerdekaan yang bersih.
